Rabu, 29 Oktober 2014

Warisan JUANDA


GREEN HILTON MEMORIAL AGREEMENT GENEVA 1963
Inilah perjanjian yang paling menggemparkan dunia. Inilah perjanjian yang menyebabkan terbunuhnya Presiden Amerika Serikat John Fitzgerald Kennedy 22 November 1963. Inilah perjanjian yang kemudian menjadi pemicu dijatuhkannya Bung Karno dari kursi kepresidenan oleh jaringan CIA yang menggunakan ambisi Soeharto. Dan inilah perjanjian yang hingga kini tetap menjadi misteri terbesar dalam sejarah ummat manusia.


Dan, inilah perjanjian yang sering membuat sibuk setiap siapapun yang menjadi Presiden RI. Dan, inilah perjanjian yang membuat sebagian orang tergila-gila menebar uang untuk mendapatkan secuil dari harta ini yang kemudian dikenal sebagai “salah satu” harta Amanah Rakyat dan Bangsa Indonesia. Inilah perjanjian yang oleh masyarakat dunia sebagai Harta Abadi Ummat Manusia. Inilah kemudian yang menjadi sasaran kerja tim rahasia Soeharto menyiksa Soebandrio dkk agar buka mulut. Inilah perjanjian yang membuat Megawati ketika menjadi Presiden RI menagih janji ke Swiss tetapi tidak bisa juga. Padahal Megawati sudah menyampaikan bahwa ia adalah Presiden RI dan ia adalah Putri Bung Karno. Tetapi tetap tidak bisa. Inilah kemudian membuat SBY kemudian membentuk tim rahasia untuk melacak harta ini yang kemudian juga tetap mandul. Semua pihak repot dibuat oleh perjnajian ini. Perjanjian itu bernama The Green Hilton Memorial Agreement Geneva. Akta termahal di dunia ini diteken oleh John F Kennedy selaku Presiden AS, Ir Soekarno selaku Presiden RI dan William Vouker yang mewakili Swiss. Perjanjian segitiga ini dilakukan di Hotel Hilton Geneva pada 14 November 1963 sebagai kelanjutan dari MOU yang dilakukan tahun 1961. Intinya adalah, Pemerintahan AS mengakui keberadaan emas batangan senilai tak kurang dari 57 ribu ton yang terdiri dari 17 paket emas dan pihak Indonesia menerima batangan emas itu menjadi kolateral bagi dunia keuangan AS yang operasionalisasinya dilakukan oleh Pemerintahan Swiss melalui United Bank of Switzerland (UBS). Kesepakatan ini berlaku tiga tahun kemudian alias 14 November 1965 (gambar di atas hanya salah satu dari sekian lembar perjanjian).


Pada dokumen lain yang tidak dipublikasi disebutkan, atas penggunaan kolateral tersebut AS harus membayar fee sebesar 2,5% setahun kepada Indonesia. Hanya saja, ketakutan akan muncul pemimpinan yang korup di Indonesia, maka pembayaran fee tersebut tidak bersifat terbuka. Artinya hak kewenangan pencairan fee tersebut tidak berada pada Presiden RI siapapun, tetapi ada pada sistem perbankkan yang sudah dibuat sedemikian rupa, sehingga pencairannya bukan hal mudah, termasuk bagi Presiden AS sendiri. Account khusus ini dibuat untuk menampung aset tersebut yang hingga kini tidak ada yang tau keberadaannya kecuali John F Kennedy dan Soekarno sendiri. Sayangnya sebelum Soekarno mangkat, ia belum sempat memberikan mandat pencairannya kepada siapapun di tanah air. Malah jika ada yang mengaku bahwa dialah yang dipercaya Bung Karno untuk mencairkan harta, maka dijamin orang tersebut bohong, kecuali ada tanda-tanda khusus berupa dokumen penting yang tidak tau siapa yang menyimpan hingga kini. Demikianlah dokumen penting yang penulis baca dan hasil wawancara penulis dengan nara sumber dengan para tetua di dalam negeri dan wawancara dengan narasumber di Belanda, Prancis, Jerman, Singapura, Malaysia dan Hong Kong.
Bagi AS, perjanjian Green Hilton adalah perjanjian terbodoh bagi AS, karena AS mengakui aset tersebut yang sebetulnya merupakan harta rampasan perang. Menurut dokumen yang penulis baca. Harta tersebut berasal dari sitaan AS ketika menaklukkan Jerman dalam perang dunia. Jerman juga mengakui bahwa harta tersebut disita Jerman ketika menyerang Belanda. Belanda pun mengakui bahwa harta tersebut merupakan rampasan harta yang dilakukan VOC ketika menjajah Indonesia. Berdasarkan fakta yang dijumpai di lapangan, harta ini sudah pernah mau dicairkan pada 1986-1987 tapi gagal, lalu ada percobaan lagi awal 2000, juga gagal. Kini, ketika krisis menerpa AS dan dunia yang hampir membunuh sebagian besar rakyat AS, pemerintah Obama mencoba meyakinkan dunia melalui titah Puas di Vatikan bahwa AS berhak mencairkan harta ini. Atas dasar untuk kepentingan ummat manusia, agaknya hati Vatikan mulai luluh. Konon kabarnya, Vatikan telah memberikan restu itu tanpa mengabaikan bantuan kepada rakyat Indonesia.
Menurut sebuah sumber di Vatikan, ketika Presiden AS menyampaikan niat tersebut kepada Vatikan, Puas sempat bertanya apakah Indonesia telah menyetujuinya. Kabarnya, AS hanya memanfaatkan fakta MOU antara negara G-20 di Inggris dimana Presiden Indonesia SBY ikut menandatangani suatu kesepakatan untuk memberikan otoritas kepada keuangan dunia IMF dan World Bank untuk mencari sumber pendanaan alternatif. Konon kabarnya, Vatikan berpesan agar Indonesia diberi bantuan. Mungkin bantuan IMF sebesar USD 2,7 milyar dalam fasilitas SDR (Special Drawing Rights) kepada Indonesia pertengahan tahun lalu merupakan realisasi dari kesepakatan ini, sehingga ada isyu yang berkembang bahwa bantuan tersebut tidak perlu dikembalikan. Oleh Bank Indonesia memang bantuan IMF sebesar itu dipergunakan untuk memperkuat cadangan devisa negara. Penulis pikir DPR RI harus ikut mengklarifikasi soal status uang bantuan IMF ini. Kalau benar itu, maka betapa nistanya rakyat Indonesia. Kalau benar itu terjadi betapa bodohnya Pemerintahan kita dalam masalah ini. Kalau ini benar terjadi betapa tak berdayanya bangsa ini, hanya kebagian USD 2,7 milyar. Padahal harta tersebut berharga ribuan trilyun dollar AS. Aset itu bukan aset gratis peninggalan sejarah, aset tersebut merupakan hasil kerja keras nenek moyang kita di era masa keemasan kerajaan di Indonesia. Sebab dulu, beli beras saja pakai balokan emas sebagai alat pembayarannya. Bahkan kerajaan China membeli rempah-rempah ke Indonesia menggunakan balokan emas. Lalu bagaimana nasib tersebut, kita sebagai bangsa yang besar masih perlu mengkaji lebih lanjut. Pemerintah bersama rakyat perlu membentuk Tim Besar dan lobby yang besar ditingkat internasional untuk menduduk kembali soal harta yang disepakati dalam The Green Hilton Memorial Agreement ini. Karena ini sudah menjadi fakta sejarah yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Pemerintahan SBY tidak bisa melakukan penyelidikan harta ini secara diam-diam dan hanya kalangan terbatas. Sebab harta ini milik rakyat dan bangsa Indonesia. Bukan milik pribadi Bung Karno. Keberhasilan lobby politik Bung Karno yang luar biasa ini harus diteruskan dan jangan dimentahkan begitu saja.





HIRUP

Hirup laki-rabi pinuh ku rupa-rupa cocoba,
 seuri pacampur nyeri,aya bungah aya susah, lir ibarat lalayaran di sagara.
Tatan-tatan ti anggalna, sangkan tabah tur tawekal
kedah teguh pengkuh anceg panceg ka Gusti Rabbul Ijati. 
unggut
 kalinduan gedag kaanginan
sing runtut laut rempung jukung sauyunan, sareundeuk saigel, sabobot sapihanean.

Taat ngalaksana agama, ibadah ulah
 campoleh da urang teh bakal paeh,
Ka caroge kedah sae, pacuan ulah beungeut nyanghareup ati mungkir,
ka sasama ka ibu rama kedah handap asor sae budi basa. 

Dina ngatur rumah tangga kedah tiasa 
ngeureut miceun pinter neundeun miraweuy
 
sampeureun paikahareupeun, saeutik sing
 mahi loba sing nyesa. 
Ulah mikahayang nu bakal moal laksana, kudu
 ngukur ka kujur nimbang ka awak

Dipangumbaraan, sing tiasa titip diri sangsang
 
badan pindah cai pindah tampian. Kudu jujur
 
laku hade lampah sangkan mulus bungkus
 
rahayu salamet jatmika taya codeka.
 

Hirup di dunya  saukur ngumbara.
Umur katungkul ku pati maot teu nyaho dimangsa,
mun geus cunduk kana waktu dipundut kunu kagungan , 
harta sareng pangkat teu dicandak ka aherat,
 
saukur dibaju hasiwung diharudum boeh
 
ngaringkuk dijero kubur, katutup ku  padung
 diurungan taneuh beureum, 

Banda meunang sarakah , pangkat ladang ngajilat, teu jadi tatalang raga,
gedong sigrong moal digandong, pamajikan geulis moal di ais 
salin rupi jadi liang poek mongkleng,

Pamungkas ieu piwuruk : 
Ulah rek munjung ka gunung, muja ka talaga,
 
gunung mah sok rajeun urug, talaga sok rajeun
 bedah.
Munjung jeung muja mah wungkul ka Gusti nu Maha Agung.

Ulah dibarengan munjung ka kayu ka batu, muja ka barhala laku kaliru  matak cilaka. 
Sadaya amal ibadah bakal leungit taya leuwih, ngilang pampa kirana
 
Balukarna disiksa dina
 naraka taya kendatna. 
Habluminalloh habluminanas

Dokumen Salakanagara

TARUMANAGARA, Karajaan Gede Di Nusantara 


Dina taun 348 Masehi, aya saurang maharesi hindu ti kulawarga Calankayana ngungsi ka pulo-pulo kiduleun India. Inditna diiring ku murid-muridna, tentara, rahayat awewe-lalaki, sabab nagarana diburak-barik ku raja Samudragupta. Jenengan eta maharesi teh Jayasingawarman, anjog ka pulo Jawa tuluy matuh di Jawadwipa bang kulwan (Jawa Barat), sanggeus samemehna meunang pangbagea tur diidinan ku Sang Prabu Dewawarman VIII (Raja Salakanagara), nu jenengan aslina Darmawirya, teureuh kulawarga Palawa, sarua aki-buyutna papada pangungsi ti India.

Sang Mahar
esi Jayasingawarman nyieun babakan pamatuhan di sisi walungan Citarum. Kulantaran beuki lila jadi kajojo tur loba jalma nu marilu matuh, antukna nepi ka jadi desa, disebut desa Taruma. Sapuluh taun ti harita eta desa teh ngalegaan, nepika jadi kota = nagara, atuh katelahna Tarumanagara. Sang Maharesi dipulung minantu ku Sang Prabu dewawarman VIII, dijodokeun ka Dewi Iswari Tunggal Pertiwi Warmandewi, disebut oge Dewi Minati. Beuki lila wewengkon Tarumanagara teh beuki lega, nepi ka ngadeg karajaan Tarumanagara, dipingpin ku Maharesi, nu disebut Rajadirajaguru marentah ngabahudenda jadi raja munggaran di Tarumanagara, kalawan dileler abhiseka (dilantik) jenengan Jayasingawarman Gurudarmapurusa.

Waktos mertuana tilar dunya (Dewawarman VIII) taun 368 M. korsi gading gilangkancana karaton Salakanagara diwariskeun ka adibeuteungna nu bungsu, dileler gelar Dwawarman IX. Tapi kulantaran pamor Salakanagara geus mimiti surem, Dewawarman IX jeung Salakanagara kapaksa jadi bawahan Tarumanagara dumasar kasaluyuan dua pihakanana. Jayasingawarman marentah ti taun 358 M nepi ka 382 M, inyana wafat dina umur 60 taun, lebu na dipusarakeun di sisi walungan Gomati.

Nu ngaganti Yajasingawarman teh putra cikal, nya eta Darmayawarman, dileler gelar Rajaresi Darmayawarman-Guru. Sabab jaba ti nyekel pucuk pamarentahan teh oge nyekel kalungguhan guru agama. Sanajan raja jeung kulawarga karaton ngagem agama Hindu, tapi rahayat di padesaan wewengkon Tarumanagara, tetep loba nu muja arwah karuhun (Animisme), nuturkeun adat taliparanti ninibuyutna ti Salakanagara. Padahal raja teh geus ngayakeun rupa-rupa tarekah ngajarkeun agama Hindu, nepi ka ngadatangkeun brahmana ti India, tapi teu kabeh rahayat ngagem agama Hindu.Harita mimitina pangeusi nagri dijadikeun 4 kasta: Brahmana, Ksyatria, Waisya, jeung Sudra. Pangeusi nagri dibedakeun jadi 3 tingkat: Nista, Madya, jeung Utama. Rahayat nu kaasup golongan Nista,kacida sieunna ku agama Maharesi. Darmayawarman, jadi raja ka dua di Tarumanagara salila 13 taun, ti taun 382 M nepi ka 395 M. Sabada tilar dunya, lebu na dipusarakeun di sisi walungan Candrabaga/Bekasi. Katelah weh Sang Lumahing Candrabhaga. Dua taun samemeh Darmayawarman tilar dunya, putra cikal nu jenengan Purnawarman, diistrenan jadi raja anom. Purnawarman dilahirkeun tanggal 16 Maret taun 372 M. Atuh nya inyana nu jadi raja katilu di Tarumanagara. Diistrenan jadi raja tanggal 12 Maret taun 395 M. Ramana (Rajaresi Darmayawarman-Guru) lungsur tina korsi karajaan, teras tatapa ngambah manurajasunya, nya eta tatapa sanggeus turun tina tahta, bari ngadagoan ajal.

Dina ngalaksanakeun pamarentahan, nu pangheulana dipilampah ku Purnawarman, mindahkeun puseurdayeuh (ibukota), ti Jayasingapura (Jasinga), nu diadegkeun ku ramana, dipindahkeun ka sisi walungan Gomati, dingaranan Sundhapura= Kota Sunda (wewengkon Bekasi ?). Kecap Sunda asalna tina basa Sangsakerta sundha hartina bersih,herang,suci. Perlu dikanyahokeun yen di India kidul, aya tempat nu ngaran Tarumapura, aya deui ngaran tempat Sinda jeung Sindapura. Dina The Hammond World Atlas,wedalan Time (USA), ditulisna Sundagarth (red).

Sanggeus tilu taun jadi raja, Purnawarman nyieun palabuan di basisir kaler,dijieunna ti tanggal 15 Desember 398 nepi ka 11 Nopember 399 M. Ieu palabuan teh rame ku kapal-kapal perang karajaan Taruma. Salila mangsa pamarentahanana, Purnawarman nalukkeun karajaan-karajaan laleutik di Jawa Barat. Kulantaran inyana ahli siasat jeung strategi perang, balarea nyarebutna raja gagah perkasa (Bhimaparakramoraja), lantaran gede wawanen jeung pinter ngolahkeun pakarang perang, inyana disebut Maung Tarumanagara (Wyagrha ning Tarumanagara). Pikeun karahajaan hirup rahayat, Purnawarman kacida merhatikeunana kana lingkungan hirup walungan/cai. Taun 410 M. ngomean sisi walungan Kaligangga, deukeut Cirebon ayeuna. Nu harita aya dina kakawasaan karajaan daerah Indraprahasta.

Nyieun tanggul walungan Cisuba.Tuluy salametan sarengsena garapan, ku cara ngahadiahkeun 500 sapi, pakean, jeung 20 kuda, ditambah kadaharan nu ngareunah, ka rahayat nu milu karyabakti. Dua taun ti harita, Purnawarman ngomean jeung ngawewegan sisi walungan Cupunagara, nya kitu, beres gawe, Purnawarman mere deui hadiah 400 sapi, 80 munding, 10 kuda, bandera Tarumanagara, pakean jeung kadaharan. Boh di sisi walungan Gangga atawa di sisi walungan Cupunagara, Purnawarman nyieun prasasti make kalimah nu endah (sarwabhasana), ngeunaan kaagunganana jeung perwatekna nu memper dewa Wisnu. Taun 413 M.

Purnawarman ngalusan jeung ngawewegan sisi walungan Manukrawa (Cimanuk), Ku kitu teh wewengkon Tarumanagara/Jawa Barat tara kakurangan cai najan kahalodoan. Di tempat sejen, Purnawarman loba nyieun prasasti nu dilengkepan ku patung pribadi, tapak suku, tapak suku gajah Erawata, gambar Sang Brahmara (nyiruan), Sanghyang Tapak, Kembang Tarate(Padma), Maung jeung sajabana dina tulisan batu teh. Teu kaliwat Walungan Citarum ge diomean. Komo deui Citarum mah walungan panggedena. Angkatan perang diwewegan, boh darat boh laut. Gagaman lengkep. Nepi ka pasukan Tarumanagaramindeng unggul dina pangperangan di mana wae. Sanggeus karajaan Taruma jadi nu panggedena di Nusantara, Sang Purnawarman dileler gelar, Sri Maharaja Purnawarman Sang Iswara Digwijaya Bhimaparakrama Suryamahapurusajagatpati. Di pangperangan disarebutna Sang Purandara Saktipurusa (manusa sakti ngancurkeun benteng). Ari panglima perangna nu kamashur, kaceluk ka awun-awun kawentar ka janapria,nya eta Sang Cakrawarman, adi tegesna, ari duta kurilingna nu ngambah unggal nagara, nya eta pamanna disebut Sang Nagawarman., antarana ka nagara; Sangka, Yawana, Cambay di India, Sopala, Bakulapura/Kutai,China,Sumatra,jsb. Bandera Tarum,anagara,mangrupa kembang tarate dina hulu gajah Erawata. Bandera angkatan lautna, gambar nagadwjarupha,(naga), ditambah ku bandera gambar pakarang, ciri kolompok pasukan tempur(batalyon). Karajaan bawahan Taruma aya 44, boga bandera sewang-sewangan, gambar sasatoan.

Nagara - nagara nu jadi bawahan Tarumanagara, nyaeta: Salakanagara, Cupunagara, Nusa Sabay, Purwanagara, Ujungkulon, Gunungkidul (Jateng), Purwalingga (Jateng), Agrhabinta (Cianjur Kidul), BhumiSabara (Jateng), Bumi Sagandu, Paladu, Kosala, Legon, Indraprahasta, Manukrawa, Malabar, Sindangjero, Purwakerta, Wanagiri (Jateng), Galuhwetan (Purwagaluh), Cangkuang (Nagreg), Sagara Kidul, Gunung Kubang, Gunung Cupu, Alengka (Srilangka/Indiakidul), Gunung Manik, Karang Sindulang, Gunung Bitung, Tanjung Kalapa, Pakuan Sumurwangi, Kalapa Girang, Sagara Pasir, Rangkas, Pura Dalem (Karawang), Linggadewata, Tanjung Camara, Wanadatar, Setyarata, Jati Agung, Wanajati, Duakalapa, Pasirmuhara, Pasir Sanggarung jeung Indihiang.

Ngembatna wewengkon Tarumanagara; ti kulon selat Sunda, ti wetan Kali Serayu, Jateng kidul, jeung ti kaler Brebes. Jasa Purnawarman dina widang sejen, di antarana nyieun: 1) Undang-undang karajaan, 2)Aturan Katentaraan, 3)Siasat perang, 4)Data(geografi) wewengkon Jawa Barat, 5)Silsilah Dinasti Warman, jeung 60 Kumpulan Malumat Karajaan.

Purnawarman tilar dunya dina umur 62 taun, tanggal 24 Nopember taun 434 Masehi. Lebu na dipusarakeun di sisi Citarum, seta sababna gelarna Sang Lumahing Tarumanadi.Saterusna Tarumanagara diparentah ku turunan Purnawarman. Putra cikal Purnawarman nya eta Wisnuwarman, jadi raja ka opat, ti taun 434 M nepi ka 455 M.Raja ka lima Indrawarman ti taun 455 M nepi ka 515 M. Diteruskeun ku rundayanana, Candrawarman ti taun 515 M nepi ka535 M. Raja kagenep, putracikal Candrawarman, nya eta Suryawarman, ti taun 535 M nepi ka taun 561 M. Raja katujuh, putra cikal Suryawarman, nya eta Kertawarman, marentah ti taun 561 M. nepi ka taun 628 M, diteruskeun ku adina nyaeta Sudawarman ti taun 628 M nepi ka taun 639 M. Sudawarman boga adi nu nhgaran Dewi Tirtakancana nu ditikah ku Manikmaya, nu engkena ngadegkeun karajaan Galuh. Raja ka sapuluh nya eta Dewamurti, inyana putra cikal Kertawarman, da Sudawarman teu gaduh anak. Dewamurti marentah ti taun 639 M. nepi ka taun 640 M. Putra Dewamurti nya eta Nagajayawarman jadi raja ka sawelas, ti taun 640 nepi ka 666 M. Putra cikal Nagajayawarman jadi raja ka duawelas di Tarumanagara, nya eta Linggawarman nu nikah ka Ganggasari. Linggawarman ngadeg raja ti taun 666 M. nepi ka 669 M. Putra Linggawarman mah cikalna istri nya eta Dewi Manasih, nikah ka Tarusbawa. Tah ku Tarusbawa, puseurdayeuh dipindahkeun, ngaran nagara dirobah jadi karajaan Sunda, nu puseurdayeuhna di Sundhapura (wewengkon Bekasi). Jadi Tarusbawa teh raja Sunda mimiti, ngadeg raja taun 669 Masehi.

Salapan poe sabada wafatna Purnawarman, putra mahkota, Wisnuwarman dijungjung –lungguh jadi raja Tarumanagara ka opat, dina tanggal 14 bagian can, bulan Posya taun 356 Saka (3 Desember taun 434 M). Pesta ngadegraja lumagsung tilupoe tilupeuting. Dina tanggal 2 bagian caang,bulan Jesta taun 357 Saka (Mei/Juni taun 435 M), dikirim utusan Tarumanagara, mere iber ka sakur nagara sobat.Diantarana ka Cina, Syangka, Campa, Yawana, , Sumatera, Bakulapura, India, Srilangka, Darmanagari, jeung sababaraha nagara di Nusantara.Kalawan mawa pesen Purnawarman, sangkan sosobatan leuwih diraketkeun. 

Tilu taun sabada Wisnuwarman ngadegraja,diayakeun upacara mandi di walungan Gangga(ayeuna jadi Setu Gangga, huluwotan Cisuba,di Cirebon) di Indrapahasta, nu harita diparentah ku Wiryabanyu. Karajaan Indrapahasta teh diadegkeun ku Maharesi Santanu, saurang pandita Syiwa, nu asalna ti lengkob Gangga, India. Santanu nikah ka Dewi Indari, putri Dewawarman 8. Dewi Indari teh adi Dewi Minati permaisuri Rajadirajaguru, raja Tarumanagara mimiti. Dina mangsa pamarentahan raja Jayasatyanagara, Indraprahasta jadi bawahan Tarumanagara,kawas Salakanagara. Eta sababna Wiryabanyu,anak Jayasatyanagara, ngabageakeun Wisnuwarman, make tatacara kanagaraan.Upacara mandisuci (matirtha) diiluan ku para gegeden nagara.

Basa Wisnuwarman keur moro di leuweung,meh meunang bahla, aya opat jalma nu teu dipiwanoh rek maehan .Untung beunang diungkulan ku bhayangkara,opatanana dipateni. Peutingna aya nu nyulusup ka kamar sare raja, sarua rek maehan Wisnuwarman. Ngan barang nu jahat asup,inyana ngahuleng,sabab nempo permaisuri sare teu dibaju (tan rumasuk anggwan, tan inambeng ring wedihan sawiji).Si jahat teh geus lila pisah jeung pamajikan.Nempo kitu awakna ngadegdeg nafsu birahi, nepika bedogna ragrag.Wisnuwarman ngorejat,si Jahat diringkus. Da Wisnuwarman ge gede wawanen tur ahli kasantikaan,jago perang kawas ramana. Tanggal 14 bagian poek,bulan Asuji taun 359 Saka (September/Oktober taun 437 M), si Jahat nu diringkus teh dijagragkeun ka balewatangan. Wisnuwarman,ngahaja nanya bari lemah-lembut,nepika nu Jahat teh ceurik,era ku kawijaksanaan Wisnuwarman.Malah tuluy dileupaskeun ,dihampura,bari dibere hadiah. Dihareupeun para gegeden, nu jahat teh balaka, yen inyana dititah ku Sang Cakrawarman.

Sarerea ngagebeg. Jeung enya Cakrawarman teu milu nyakseni persidangan. Cakrawarman teh paman Wisnuwarman,da adi Purnawarman. Cakrawarman dipercaya jadi panglima angkatan perang Tarumanagara(senapati baladhika),dipiserab sakumna eusi nagara. Loba pertempuran darat/laut nu dipiunggulna. Gegeden nu biluk ka Cakrawarman nya eta; Sang Hastabahu,wakil panglima angkatan laut; Sang Kuda Sindu,mentri urusan istana; Sang Bayutala, putra mahkota Gunungkidul; Sang Jayagiri,senapati Ujungkulon; Sang Bratawirya, Sang Tenggiling Wesi,panglima angkatan darat (wadya padati), Tumenggung Purwalingga, Sang Surayudha; Sang Purnawangi, mentri Argabhinta; Sang Tegalaksana,mentri Purwanagara; Sang Jayaghana, panglima daerah Sabhara; jeung Sagarantaka, saurang ksatrya ti Nusa Sabay.Pangna Sang Cakrawarman kitu laku,sabab manehna nu geus jadi wakil raja,teu dijenengkeun raja.Manehna ngarasa cape gawe teu kapake.Padahal geus dijangjikeun ku Purnawarman,yen mun engke kanyahoan Wisnuwarman teu nyumponan syarat jadi raja,mangka inyana nu kudu nyuluran. Tapi para sesepuh karaton, bet ngangkat Wisnuwarman,nu ceuk ukuran Cakrawarman,can pantes jadi raja. Sedengkeun inyana, geus gede jasa ka nagara,bari sagetih jeung Purnawarman. Cakrawarman kulantaran mindeng ngawakilan raja, ka jabaning nagri, teu apaleun yen Wisnuwarman geus digembleng elmu agama jeung kanagaraan. Cindekna Cakrawarman teh nyeri hate ku para sesepuh panasehat raja. 

Upacara mandi suci dipake kasempetan keur mateni Wisnuwarman.Hanjakal gagal.Kagok borontok kapalang carambang, manehna sakalian ngayakeun pangbaruntakan,dibantuan ku para gegeden nu milu mangnyerikeun. Kulantaran para gegeden teh marawa pasukan sewing-sewangan, Cakrawarman ngayakeun kakacowan di mana-mendi,keur ngabuyarkeun perhatian pasukan Tarumanagara. Kulantaran pasukan Cakrawarman kawilang badag, pasukan Tarumanagara teu wani samarangan ngajorag. Wisnuwarman mepek balad pasukan inti Tarumanagara, dieuyeuban ku pasukan Wiryabanyu,jeung sababaraha nagara leutik Beulah wetan, nu sakira satia keneh ka Tarumanagara. Cakrawarman milih wewengkon leuweung Wanagiri, sisi Sarasahnadi (Cimanuk), manehna nyieun markas. Kungsi menta tulung ka mitohana, Prabu Satyaguna raja Cupunagara,tapi ditolak, disagigireun sieun ku pangwales Wisnuwarman, apan adi beuteung Cakrawarman alias putrid Satyanagara teh,aya nu kawin ka senapati laut Tarumanagara, nu harita keur miang ka Semenanjung. Satyanagara ngan nyanggupan bekel wungkul (logistik)

Pasukan Wiryabanyu, dibagi dua, nyerang ti Beulah Wetan jeung Kulon, masing-masing diluluguan ku Sang Raga Belawa, jeng senapati laut Sang Limbursakti. Dilengkepan ku Sang Bonggol Bumi,panglima darat. Disagigireun eta masih keneh dirempegan ku,panglima wadana, Sang Tambak Giri, mentri tanda, Sang Tunggul Wesi, kapala urusan istana Sang Tapak Batara, Prabu Sela Lingganagara,adi Wiryabanyu,nu dibere pancen jadi pranala (penghubung), buyut Wanagiri, Sang Babarkalih, amatya-tuha/mentri sepuh Sang Jarandewa, mentri anom Sang Wisagni, jeung panangkes padepokan kali Gangga, Sang pandita Brahmanaresi Samhitaka. Dina pasukan Wiryabanyu ge milu pasukan Sanggarung nu dipingpin ku Senapati Gorawa. Sawareh mapay walungan Cimanuk,dipingpin ku Sang Welutbraja. Bari ngadagoan pasukan ti Singanagara, Sindu Gurnita,jeung Gula Sagandu, pasukan Wiryabanyu nu geus datang tiheula, nyarieun kemah tengah leuweung Wanagiri. Sanggeus pasukan parahu haranjat ti Manukrawa,kakara pasukan gabungan teh usik ka kidulkeun,tuluy mengkol ngulon.Tegesna markas Cakrawarman teh dikepung ti unggal juru. Serangan dimimitian mangsa fajar.Dibuka ku apuy cinakraken(panah seuneu),nepi ka pasukan Cakrawarman nu lolobana sarare keneh,pahibut bari lulungu, paburisat lalumpatan ,bari tingkoceak tinggolepak kasambut panah.Perang pupuh perang campuh teu bisa dikelah deui. Poe ka dalapan kakara tembong hasilna,perang sadulur teh Cakrawarman pejah ku Wiryabanyu. Kabeh tawanan diakut ka puseurdayeuh Tarumanagara di Sundapura. Kabeh ditibanan hukuman sacara adil nurutkeun darma. Pangbaruntakan Cakrawarman nu salila 28 poe, ti tanggal 14 bulan Asuji,nepi ka tanggal 1 bulan Kartika,taun 359 Saka = 437 M. Mangrupa pangbaruntakan nu mimiti jeung panungtung di karajaan Sunda,salila 14,5 abad (ti mimiti Salakanagara taun 130 M, nepi ka runtagna Pajajaran taun 1579 M). Sarengsena perang, Wisnuwarman kawin ka Suklawatidewi, putri Wiryabanyu. Wisnuwarman diistrenan jadi maharaja Tarumanagara kalawan gelar,Sri Maharaja Wisnuwarman Iswara Digwijaya Tunggal Jagatpati Sang Purandarasuta,marentah salila 21 taun ti taun 356 nepi ka 377 Saka = 434-455 M. Diganti ku Indrawarman,raja Tarumanagara ka lima,nya eta putra cikal turunan ti Suklawatidewi. Prameswari Wisnuwarman teh adi raja Bakulapura/Kutai. Nya eta Dewi Suklawarmandewi. Sabenerna antara Wisnuwarman jeung Suklawarmandewi teh pada-pada buyut (turunan ka tilu) Dewawarman VIII.Hanjakal putri geulis ti Kutai teh wafat anom keneh,teu kungsi ngalahirkeun turunan,gaduh panyawat gering weteng nonjok(maag?). 

Indrawarman,raja Tarumanagara ka lima,nurutkeun pustaka Jawa, Pararatwan I Bhumi Nusantara, diistrenan jadi maharaja taun 377 Saka= 455 M. make gelar Sri Maharaja Indrawarman Sang Paramarta Saktimahaprabawa Lingga Triwikrama Buanatala.Marentah salila 60 taun(455-515 M).Di jaman pamarentahan Indrawarman,Tarumanagara ngalaman puncak kajayaan.Boh perdagangan,pertanian,jeung kaagamaan.Tilu palabuhan; Ujungkulon,Kalapa,jeung Bulakkapal,pinuh ku kapal dagang nagri deungeun.Nu istimewa najan raja,para gegeden jeung prajurit ngagem agama Wisnu,tapi nu agama lain Wisnu ge diaku (winursita),tengtrem taya pacogregan teu silih curiga (tan hanakeng irsya). Indrawarman ge milampah regenerasi,paman Indrawarman (adi Wisnuwarman),Sang Karabawarman,ngaping jadi mentri utama Tarumanagara,Widalawarman,adi Indrawarman jadi panglima angkatan perang ngaganti Cakrawarmanan. Ti prameswari, Indrawarman ngarundaykeun turunan putr/putri.Nu cikal Sang Candrawarman,digadangkeun jadi putra mahkota.nu istri Dewi Komalasari, nikah ka mentri Karajan Kandari. Nu katilu, Sang Santawarman, jadi brahmanaresi. 

Sang indrawarman waafat taun 515 M,diganti ku Candrawarman,raja kagenep Tarumanagara, marentah salila 20 taun, (ti 515-535 M).Candrawarman dibere gelar nobat, Sri Maharaja Candrawarman Sang Hariwangsa Purusasakti Suralagawagengparamarta.Sabage raja ka genep,Candrawarman kawaris katengtreman jeung karaharjan rahayat (kretasubhika), inyana raja nu jembar panalar,jembar hampura. Toleransi agama dilegaan kana pamarentahan.pikeun meungkeut raja-raja daerah,sangkan satya, carana ku dibere kapercayaan nu leuwih gede pikeun ngolah nagarana sewang-sewangan (otonomi daerah). Pamarentahan di unggal daerah dipasrahkeun ka turunan anu hak, dasarna kasatiaan ka Tarumanagara. Katerangan dina Jawadwipa parwa I sarga 3 kasebut, nembongkeun yen pamarentahan “tangan besiâ€jaman Purnawarman geus ditinggalkeun.Ieu ge jadi indikasi yen situasi politik jaman Candrawarman stabil. Maharaja Candrawarman ngarundaykeun tilu putra saurang putri. Nu cikal Suryawarman,engkena jadi raja ka tujuh. Nu kadua Mahisawarman,engkena jadi mentri utama Tarumanagara, nu katilu Sang Matsyawarman.jadi panglima pasukan laut (senapati sarwajala).Nu kaopat Dewi Bayusari, ditikah ku putra mahkota karajaan Pali (pernahna di Sumatra bagian tengah kaler.taun 676 M.Kulawarga Karajan Pali ngungsi ka pulo Bali,sabab diserang ku Sriwijaya (Pustaka Nusantara, parwa 1 sarga 3). 

Sawafatna Candrawarman, korsi karajaan dipasrahkeun ka Suryawarman,kalawan gelar wisuda na, Sri Maharaja Suryawarman Sang Mahapurusa Bhimaparakrama Hariwangsa Digwijaya. Nyakrawati bahudenda salila 26 taun, ti 535-561 M. Pancenna neruskeun galur ramana,pamasrahan pamarentahan raja daerah ka turunanana dilegaan. Suryawarman ninggalkeun prasasti batu, di wewengkon Pasir Muhara-Cibungbulang- Bogor,sisi sawah kira 1 kilometer ti prasasti Purnawarman.Eusi prasasti mangrupa inkripsi 4 jajar. Bacaanana (ceuk Bosc ): 
Ini sabdakalanda rakryan juru panga 
mbat I kawihaji panyca marsa 
ndesa barpulihkan haji su nda 

Tarjamahna: Ieu tanda ucapan Rakryan juru Pangambat dina (tahun saka) 458 (yen) pamarentahan daerah dipulihkeun ka raja Sunda. 
Ngeunaan daerah atawa desa Sunda nu kapanggih dina katerangan pustaka Jawadwipa, parwa 1 sarga 3 kaca 79, basa nyaritakeun Maharaja Tarusbawa, dina taun saka 592 = 670 M.ngaganti ngaran Tarumanagara jadi karajaan Sunda. Disebutkeun yen, “Telas karuhun wus hana ngaran desa Sunda tathapi ri sawaka ning raja Taruma. Tekwan ring usana kangken ngaran kitha Sundapura. Iti ngaran purwaprastawa saking Bhratanagari†(Satemenna baheula geus aya ngaran daerah Sunda tapi masih ngaub ka karajaan Taruma,dina mangsa baheula dingaranan daerah(kota) Sundapura,ieu ngaran teh asalna ti India). 

Dina prasati tambaga ti Kabantenan, abad 15/16, daerah/desa Sunda teh disebutna Sunda Sembawa (Sunda nu asal), ieu prasasti teh ngondang dua panalek nu can kajawab; kahiji, Naha mungkin, di jaman Suryamarman, ibukota Tarumanagara geus dipindahkeun,henteu di Sundhapura deui? Ka dua, Naha prasasti ngeunaan pamulihan pamarentahan ka raja Sunda, bet aya di kampung Muhara,padahal Sunda Sembawa,atawa Sundhapura, kuat disangka, aya di wewengkon basisir Bekasi?. Eta dua panalek payus diasongkeun, sabab kampung Muhara,tempat kapanggihna sababarahiji prasasti Purnawarman, baheulana urut karajaan Pasir Muhara,bawahan Tarumanagara.

Perlu dikanyahokeun, ciri Tarumanagara karajaan gede, aya 46 karajaan leutik nu aub, nu lega wewengkonna mimiti basisir Lampung, nepi ka Kali Serayu, Jawa tengah, tur dibere status nagara bagian, hartina boh raja-rajana, boh sistim pamarentahan, teu bina ti otonomi daerah kiwari. Karajaan kasebut, di antarana; Salakanagara, Cupunagara, Nusa Sabay, Purwanagara, Ujung Kulon, Gunung Kidul, Purwalingga/Purbalingga, Agrabinta, Sabara, Bumi Sagandu, Paladu, Kosala, Legon, Indraprahasta, Manukrawa, Malabar, Sindang Jero, Purwokerta, Wanagiri, Galuh Wetan (Purwagaluh), Cangkuang /Kendan (Nagreg), Sagara Kidul, Gunung Kubang (Kubang Giri), Gunung Cupu (Cupugiri), Alengka, Gunung Manik (Manikparwata), Salaka Gadang, Pasir Batang, Karang Sindulang, Gunung Bitung(Bitung Giri), Tanjung Kalapa, Pakuan Sumurwangi, Kalapa Girang, Tanjung Camara, Sagara Pasir, Rangkas, Pura Dalem(Purwakarta), Lingga Dewa, Wanadatar, Jati Ageung, Setyaraja, Wanajati, Dua Kalapa, Pasir Muhara, Pasir Sanggarung, jeung Indihiyang. 

Tarumanagara Di bagi dua 
Suryawarman, raja Tarumanagara ka tujuh, wafat taun 483 Saka (561 M.), sabada ngawasa 26 taun, turunan Suryawarman aya tilu, nu cikal Kretawarman, nu kadua Sudawarman, jeung saurang putri, Tirtakancana, nu kawin ka Maharesi Manikmaya, raja Kendan. Kretawarman ngadeg raja taun 561 M – 628 M. raja Tarumanagara ka dalapan salila 67 taun. Taun 565 M. Kretawarman ngirim utusan ka Cina. Di tengah-tengah laut Cina, kapalna ditarajang bajak laut. Tangtu kajadian perang, untung harita datang kapal Cina, nu memang ngahaja mapagkeun. Para bajak laut, paeh kabeh, kapalna di duruk ku tentara Cina. Mayitna ditumpukeun dina galadag kapal. Kapal Cina ngawal kapal Taruma nepi ka nagara Cina. Jaba ti kitu, Kretawarman ngirim utusan ka nagara-nagara di India; Syangka, Yawana, Campa, Kamboja, Sopala, Gaudi (Bengala), Mahasin (nurutkeun Pustaka Nusantara parwa I sarga 3, Mahasin engkena jadi Tumasik – Singapura ayeuna-, basa diserang ku Sriwijaya, kualawarga karajaan Mahasin, ngungsi ka Banjar, di Kalimantan kidul)., Semenanjung, Singanagara, jeung karajaan sejen di Nusantara. Permaisuri Kretawarman, putri kulawarga Calankayana, istri nu kadua, Satyawati. Ti duanana teu bisa mere turunan, sabab Sang Maharaja mandul. Tapi Kretawarman, ngukut anak nu dianggap anak pituin (swaputra), dingaranan Brajagiri. Ceuk beja, Brajagiri teh anak tukang suluh (wwangamet samidha). Nya kitu deui Dewi Satyawati, cenah mah, ngaran kolotna Ki Parangdami jeung Nyi Sembada, padumukanana deukeut walungan Candrabaga (Bekasi) boh Brajagiri atawa Satyawati kaasup kasta Sudra.

Kageulisan Satyawati, ngelehkeun prameswari. Matak Satyawati leuwih dipikanyaah, nepi ka Satyawati nu tadina selir, diangkat jadi istri resmi (pinakastri). Eta sababna Kretawarman dianggap ngalanggar adat. Sabab awewe Sudra, teu meunang jadi istri raja (binihaji), luyu jeung adat, kuduna Kretawarman turun, alias lengser tina kalungguhan raja. Tapi kabuktian yen Kretawarman mampuh nyakrawati, ngabahudenda salila 67 taun. Kabeneran harita Sudawarman keur maguron di India, calon maharesi. 

Brajagiri dijenengkeun jadi senapati ku Kretawarman, puguh we jadi nimbulkeun pasirikan. Pangkat senapati dicekel Brajagiri nepi ka Sudawarman di jadi raja ngaganti Kretawarman nu wafat. Sudawarman di wisuda tur dileler gelar Sri Maharaja Sudawarman Mahapurusa Sang Paramartaresi Hariwangsa, nyakrawati jadi raja Tarumanagara ka salapan, salila 11 taun ( 628 M – 639 M). Kulantaran ti burey keneh, cicing di Kanci wewengkon Palawa, wajar mun prameswari Sudawarman, adi Mahendrawarman, raja Palawa. Tina ieu perkawinan lahir Dewamurti, nu diurus ku nini pihak indung, di India. 

Dina mangsa pamarentahan Sudawarman Tarumanagara geus mimiti nyirorot, Sabab ngadeg karajaan-karajaan sejen anu potensina leuwih gede pikeun mekar. Di Tatar Taruma wetan-kidul, ngadeg karajaan Galuh. Wretikandayun naratas ieu karajaan ti taun 612 M. Wretikandayun teh incu Titrakancana, adi teges Kretawarman jeung Sudawarman. Di Jawa Tengah, muncul karajaan Kalingga, 632 M.- 648 M., nu sosobatan jeung karajaan Cina. Rajana , mitohana Ratu Shima (saurang ratu nu ngawasa, nu nepi ka ayeuna kanyahoan ngaliwatan beja ti Cina). Raja Kalingga wafat taun 648 M. diganti ku putra mahkota, Kartikeyasinga nepi ka taun 674 M. inyana wafat diganti ku istrina, nya eta Ratu Shima nu marentah ti taun 674 M – 695 M. Di Sumatra, muncul puluhan karajaan-karajaan leutik nu jadi dua kolompok. Beulah kaler tunduk ka karajaan Pali, di Beulah Kidul tunduk ka karajaan Melayu, nu puseurna di Palembang. Sriwijaya harita mangrupa Karajan leutik di Jambi dina auban karajaan Melayu. Karek dina taun 670 M, Sriwijaya nguliat hudang bari ngawasa karajaan-karajaa sejen di sabudeureunana. 

Sawafatna Sudawarman, Dewamurti dijungjung lungguh jadi raja Tarumanagara ka sapuluh,Kalawan gelar nobat, Maharaja Dewamurtyatma Hariwangsawarman Digwijaya Bimaparakrama. Beda jeung ramana nu sabar tur mibanda budi nu luhur, Dewamurty tabeatna kasar. Teu boga rasa nyaah jeung karunya. Nu pangheulana keuna ku kakasaran Dewamurty, nya Brajagiri. Nu lain wae ditindak, tapi dihina jeung diwiwirang. Pangkat Brajagiri diturunkeun tina Senapati, jadi pupuhu regu gulang-gulang (hulu ning wira kanista) nu ditugas ngajaga lawang saketeng. Tangtu Brajagiri nyeri hate, ngan kulantaran inyana gegeden, teu kaciri ku batur. Pangna leuwih nyeri hate, sabab beja yen Brajagiri kaum Sudra, digegedekeun. Tur teu meunang pangkat Senapati dicekel ku kaum Sudra. Brajagiri dianggap jadi bahaya panghareupna (kawilang sang mahabahaya). Tindakan Dewamurty jauh tina sikep satria. Brajagiri diasingkeun tina kulawarga karaton, nu ku inyana diteuleuman ti leuleutik. Untung Brajagiri kungsi dididik ku Sudawarman, nepika hatena lemes.

Manehna teu ngawangun kelompok, teu mepek balad, tapi sgalana dipilampah ku sorangan, teu ngalibetkeun batur. Ahirna Brajagiri bisa nelasan Dewamurty, bari teu kanyahoan. Salahna bet tuluy ngalolos ti karaton, nepi ka nu sejen curiga. Lacak Brajagiri di hiji leuweung, kapangih ku Nagajaya, raja Cupunagara, minantu Dewamurty. Dina tarung patutunggalan, di jero leuweung, Dewamurty palastra . Nagajaya teh salaki Dewi Mayasari, turunan Dewamurty nu cikal. Nagajaya diwisuda jadi raja tarumanagara nu ka sawelas, make gelar Maharaja Nagajayawarman Darmastya Cupujayasatru. Marentah salila 26 taun ( 640 M – 666 M.) Astuwarman, adibeuteungna, dijungjunglungguh jadi purohita ( pandita agung karaton ). Karajaan Cupunagara, diserenkeun ka adi Nagajaya, nya eta Prabu Jayaguna. 

Sanggeus Nagajayawarman wafat, nu ngagantina putra cikal, nya eta, Maharaja Linggawarman Atmahariwangsa Panunggalan Tirtabumi, jadi raja Tarumanagara ka duawelas, ti taun 666 M - 669 M. Permaisurina, Dewi Ganggasari, putri Prabu Wisnumurti (raja kasawelas) ti Indraprasta. Turunan Linggawarman aya dua, nu cikal Dewi Manasih, nu kawin ka Tarusbawa ti karaton Sunda Sembawa. Nu bungsu dewi Sobakancana, kawin ka Sri Jayanasa, raja Sriwijaya. Linggawarman marentah salila 3 taun, inyana wafat. Gantina nya Tarusbawa, kalawan gelar nobat, Maharaja Tarusbawa Darmawaskita Manumanggalajaya Sunda Sembawa. Marentah salila 54 taun (669 M-723 M.). Tarusbawa boga cita-cita hayang malikeun deui kajayan Tarumanagara, kawas Purnawarman di Purasaba. Eta sababna dina taun 670 M. Tarusbawa ngaganti ngaran karajaan tina Tarumanagara, jadi karajaan Sunda. Ieu hal jadi kasemepetan hade keur Wretikandayun, nu hayang ngabebaskeun Galuh ti Tarunagara, jadi nagara merdeka. Inyana ngirim surat ka Tarusbawa, sangkan karajaan dibagi dua, watesna Citarum. Ti Citarum ka kulon, nepi ka basisir Lampung wewengkon karajaan Sunda, nu puseur dayeuhna di Sundhapura (Bekasi), ti Citarum ka wetan nepi ka kali Serayu, karajaan Galuh atawa Parahyangan,nu puseur dayeuhna di Kawali. Tarusbawa nu miboga watek resep-damey, embung aya pacogregan, katambah, antara Tarusbawa jeung Wretikandayun, sarua pada-pada buyut Suryawarman, raja Tarumanagara ka VII, Tarusbawa nyatujuan kana maksud Wretikandayun. Eta kajadian masih keneh dina taun 670 M. sababaraha bulan sabada Tarusbawa ngaganti ngaran karajaan. (Cag.) 

Sang Penyebar 2


 Penyebaran Islam di Tanah Sunda
Penyebaran agama Islam. Kalo boleh koreksi Syech Abdul Muchyi, SyechSadat Safir (nama di negeri Campa) dan Syech Abdul Qadir Jaelani adalah satu nama. Beliau memang mempunyai nama yang banyak dalam sejarah peneyebaran agama Islam di Pasundan. Bagaimana dengan cerita Prabu Mundinglaya dikusumah yang turut juga menyebarkan agama Islam di Sumedang, . Mudah2an bermanfaat :
Seri I
1.     Pangeran Jayakarta (Rawamangun Jakarta)
2. Eyang Prabu Kencana (Gunung Gede, Bogor)
3. Syekh Jaenudin (Bantar Kalong)
4. Syekh Maulana Yusuf (Banten)
5. Syekh Hasanudin (Banten)
6. Syekh Mansyur (Banten)
7. Aki dan Nini Kair (Gang Karet Bogor)
8. Eyang Dalem Darpa Nangga Asta (Tasikmalaya)
9. Eyang Dalem Yuda Negara (Pamijahan Tasikmalaya)
10. Prabu Naga Percona (Gunung Wangun MalangbongGarut)
11. Raden Karta Singa (Bunarungkuo Gn Singkup Garut)
12. Embah Braja Sakti (Cimuncang, Lewo Garut)
13. Embah Wali Tangka Kusumah (Sempil, LimbanganGarut)
14. Prabu Sada Keling (Cibatu Garut)
15. Prabu Siliwangi (Santjang 4 Ratu Padjadjaran
16. Embah Liud (Bunarungkup, Cibatu Garut)
17. Prabu Kian Santang (Godog Suci, garut)
18. Embah Braja Mukti (Cimuncang, Lewo Garut)
19. Embah Raden Djaenuloh (Saradan, Jawa Tengah)
20. Kanjeng Syekh Abdul Muhyi (Pamijahan Tasikmalaya)
21. Eyang Siti Fatimah (Cibiuk, Leuwigoong Garut)
22. Embah Bangkerong (Gunung Karantjang)
23. Eyang Tjakra Dewa (Situ Lengkong, Pandjalu Ciamis)
24. Eyang Prabu Tadji Malela (Gunung Batara Guru)
25. Prabu Langlang Buana (Padjagalan, GunungGalunggung
26. Eyang Hariang Kuning (Situ Lengkong PandjaluCiamis)
27. Embah Dalem Salinggih (Cicadas, Limbangan Garut)
28. Embah Wijaya Kusumah (Gunung Tumpeng Pelabuhan Ratu)
29. Embah Sakti Barang (Sukaratu)
30. Syekh Abdul Rojak Sahuna (Ujung Kulon Banten)
31. Prabu Tjanar (Gunung Galunggung)
32. Sigit Brodjojo (Pantai Indramayu)
33. Embah Giwangkara (Djayabaya Ciamis)
34. Embah Haji Puntjak (Gunung Galunggung)
35. Dewi Tumetep (Gunung Pusaka Padang, Ciamis)
36. Eyang Konang Hapa (Dayeuh Luhur, Sumedang)
37. Embah Terong Peot (dayeuh Luhur, Sumedang)
38. Embah Sayang Hawu (Dayeuh Luhur, Sumedang)
39. Embah Djaya Perkasa (Dayeuh Luhur, Sumedang)
40. Prabu Geusan Ulun (Dayeuh Luhur, Sumedang)
41. Nyi Mas Ratu Harisbaya (Dayeuh Luhur, Sumedang)
42. Eyang Anggakusumahdilaga (Gunung PusakaPadang Ciamis)
43. Eyang Pandita Ratu Galuh Andjarsukaresi (Nangerang)
44. Embah Buyut Hasyim (Tjibeo Suku Rawayan, Banten)
45. Eyang Mangkudjampana (Gunung Tjakrabuana,Malangbong Garut)
46. Embah Purbawisesa (Tjigorowong, Tasikmalaya)
47. Embah Kalidjaga Tedjakalana (Tjigorowong,Tasikmalaya)
48. Embah Kihiang Bogor (Babakan Nyampai, Bogor)
49. Aki Wibawa (Tjisepan, Tasikmalaya)
50. Embah wali Mansyur (Tomo, Sumedang)
51. Prabu Nagara Seah (Mesjid Agung Tasikmalaya)
52. Sunan Rumenggang (Gunung Batara Guru)
53. Embah Hadji Djaenudin (Gunung Tjikursi)
54. Eyang Dahian bin Saerah (Gunung Ringgeung, Garut)
55. Embah Giwangkarawang (Limbangan Garut)
56. Nyi Mas Layangsari (Gunung Galunggung)
57. Eyang Sunan Cipancar (Limbangan garut)
58. Eyang Angkasa (Gunung Kendang, Pangalengan)
59. Embah Kusumah (Gunung Kendang, Pangalengan)
60. Eyang Puspa Ligar (Situ Lengkong, Panjalu Ciamis)
61. Kimandjang (Kalapa 3, Basisir Kidul)
62. Eyang Andjana Suryaningrat (Gunung PuntangGarut)
63. Gagak Lumayung (Limbangan Garut)
64. Sri Wulan (Batu Hiu, Pangandaran Ciamis)
65. Eyang Kasepuhan (Talaga Sanghiang, GunungCiremai)
66. Aki Manggala (Gunung Bentang, Galunggung)
67. Ki Adjar Santjang Padjadjaran (Gunung Bentang,Galunggung)
68. Eyang Mandrakuaumah (Gunung GelapPameungpeuk, Garut)
69. Embah Hadji Muhammad Pakis (Banten)
70. Eyang Boros Anom (Situ Lengkong, Pandjalu Ciamis)
71. Embah Raden Singakarta (Nangtung, Sumedang)
72. Raden Rangga Aliamuta (Kamayangan, Lewo-Garut)
73. Embah Dalem Kasep (Limbangan Garut)
74. Eyang Imam Sulaeman (Gunung Gede, Tarogong)
75. Embah Djaksa (Tadjursela, Wanaraja)
76. Embah Wali Kiai Hadji Djafar Sidik (Tjibiuk, Garut)
77. Eyang Hemarulloh (Situ Lengkong Pandjalu)
78. Embah Dalem (Wewengkon, Tjibubut Sumedang)
79. Embah Bugis (Kontrak, Tjibubut Sumedang)
80. Embah Sulton Malikul Akbar (Gunung RinggeungGarut)
81. Embah Dalem Kaum (Mesjid Limbangan Garut)
82. Mamah Sepuh (Pesantrean Suralaya)
83. Mamah Kiai Hadji Yusuf Todjiri (Wanaradja)
84. Uyut Demang (Tjikoneng Ciamis)
85. Regregdjaya (Ragapulus)
86. Kiai Layang Sari (Rantjaelat Kawali Ciamis)
87. Embah Mangun Djaya (Kali Serayu, Banjarnrgara)
88. Embah Panggung (Kamodjing)
89. Embah Pangdjarahan (Kamodjing)
90. Syekh Sukri (Pamukiran, Lewo Garut)Seri II

Lanjutan
1. Embah Dipamanggakusumah (Munjul, Cibubur)
2. Aki Mandjana (Samodja, Kamayangan)
3. Eyang Raksa Baya (Samodja, Kamayangan)
4. Embah Dugal (Tjimunctjang (
5. Embah Dalem Dardja (Tjikopo)
6. Embah Djaengranggadisastra (Tjikopo)
7. Nyi Mas Larasati (Tjikopo)
8. Embah Dalem Warukut (Mundjul, Cibubur)
9. Embah Djaya Sumanding (Sanding)
10. Embah Mansur Wiranatakusumah (Sanding)
11. Embah Djaga Alam (Tjileunyi)
12. Sembah Dalaem Pangudaran (Tjikantjung Majalaya)
13. Sembah Dalem Mataram (Tjipantjing)
14. Eyang Nulinggih (Karamat Tjibesi, Subang)
15. Embah Buyut Putih (Gunung Pangtapaan, BukitTunggul)
16. Embah Ranggawangsa (Sukamerang, bandrek)
17. Eyang Yaman (Tjikawedukan, Gunung RinggeungGarut)
18. Embah Gurangkentjana(Tjikawedukan, GunungRinggeung Garut)
19. Embah Gadjah Putih (Tjikawedukan Gunung Wangun)
20. Ratu Siawu-awu (Gunung Gelap, PameungpeukSumedang)
21. Embah Mangkunegara (Cirebon)
22. Embah Landros (Tjibiru Bandung)
23. Eyang latif (Tjibiru Bandung)
24. Eyang Penghulu (Tjibiru Bandung)
25. Nyi Mas Entang Bandung (Tjibiru Bandung)
26. Eyang Kilat (Tjibiru Bandung)
27. Mamah Hadji Umar (Tjibiru Bandung)
28. Mamah Hadji Soleh (Tjibiru Bandung)
29. Mamah Hadji Ibrahim (Tjibiru Bandung)
30. Uyut Sawi (Tjibiru Bandung)
31. Darya Bin Salmasih (Tjibiru Bandung)
32. Mamah Hadji Sapei (Tjibiru Bandung)
33. Embah Hadji Sagara Mukti (Susunan GunungRinggeung)
34. Eyang Istri (Susunan Gunung Ringgeung)
35. Eyang Dewi Pangreyep (Gunung Pusaka PadangGarut)
36. Ratu Ayu Sangmenapa (Galuh)
37. Eyang Guru Adji panumbang (Tjilimus Gunung Sawal)
38. Eyang Kusumah Adidinata (Tjilimus Gunung Sawal)
39. Eyang Rengganis (Pangandaran Ciamis)
40. Ki Nurba’in (Sayuran, Gunung Tjikursi)
41. Buyut Dasi (Torowek Tjiawi)
42. Embah Buyut Pelet (Djati Tudjuh Kadipaten)
43. Embah Gabug (Marongge)
44. Eyang Djayalaksana (Samodja)
45. Nyi Mas Rundaykasih (Samodja)
46. Nyi Mas Rambutkasih (Samodja)
47. Eyang Sanghiang Bongbangkentjana (UjungSriwinangun)
48. Eyang Adipati Wastukentjana (Situ Pandjalu Ciamis)
49. Eyang Nila Kentjana (Situ Pandjalu, Ciamis)
50. Eyang Hariangkentjana (Situ Pandjalu Ciamis)
51. Embah Dalem Tjikundul (Mande Cianjur)
52. Embah Dalem Suryakentjana (PantjanitiCianjur)
53. Embah Keureu (Kutamaneuh Sukabumi)
54. Ibu Mayang Sari (Nangerang Bandrek Garut)
55. Eyang Prabu Widjayakusumah (Susunan PayungBandrek Garut)
56. Embah Sayid Kosim (Gunung Alung Rantjapaku)
57. Embah Bang Sawita (Gunung Pabeasan LimbanganGarut)
58. Uyut Manang Sanghiang (Banten)
59. Eyang Ontjar (Nyampai Gunung Bungrangrang)
60. Eyang Ranggalawe (Talaga Cirebon)
61. Ibu Siti Hadji Djubaedah (Gunung Tjupu BanjarCiamis)
62. Mamah Sepuh ((Gunung Halu Tjililin Bandung)
63. Embah Sangkan Hurip (Ciamis)
64. Embah Wali Abdullah (Tjibalong Tasikmalaya)
65 Mamah Abu (Pamidjahan Tasikmalaya)
66. Embah Dalem Panungtung Hadji Putih Tunggang
Larang Curug Emas (Tjadas Ngampar Sumedang)
67. Raden AstuManggala (Djemah Sumedang)
68. Embah Santiung (ujung Kulon Banten)
69. Eyang Pandita (Nyalindung Sumedang)
70. Embah Durdjana (Sumedang)
71. Prabu Sampak Wadja (Gunung GalunggungTasikmalaya)
72. Nyi Mas Siti Rohimah/Ratu Liongtin (Jambi Sumatera)
73. Eyang Parana (Kulur Tjipatujah, Tasikmalaya)
74. Eyang Singa Watjana (Kulur Tjipatujah, Tasikmalaya)
75. Eyang Santon (Kulur Tjipatujah, tasikmalaya)
76. Eyang Entjim (Kulur Tjipatujah, Tasikmalaya)
77. Eyang Dempul Wulung (Djaga Baya Ciamis)
78. Eyang Dempul Walang (Djaga Baya Ciamis)
79. Eyang Giwangkara (Djaga Baya Ciamis)
80. Embah Wali Hasan (Tjikarang Bandrek, Lewo Garut)
81. Embah Raden Widjaya Kusumah (Tjiawi Sumedang)
82. Dalem Surya Atmaja (Sumedang)
83. Eyang Rangga Wiranata (Sumedang)
84. Eyang Mundinglaya Dikusumah (sangkan Djaya,Sumedang)
85. Eyang Hadji Tjampaka (Tjikandang, Tjadas NgamparSumedang)
86. Eyang Pangtjalikan (Gunung Ringgeung Garut)
87. Eyang Singa Perbangsa (Karawang)
88. Embah Djaga Laut (Pangandaran)
89. Raden Ula-ula Djaya (Gunung Ringgeung Garut)
90. Raden Balung Tunggal (Sangkan Djaya, Sumedang)
Kerajaan Sumedang Larang
1. Pangeran Santri (Kusumahdinata I)
2. Prabu Geusan Ulun (Kusumahdinata II)
3. Pangeran Rangga Geumpol I (Kusumahdinata III)
4. Pangeran Rangga Gede (Kusumahdinata IV)
5. Pangeran Rangga Geumpol II (Kusumahdinata V)
6. Pangeran Rangga Geumpol III (Kusumahdinata VI)
7. Tumenggung Tanumaja
8. Pangeran Karuhun (Kusumah dinata VII)
 
9. Dalem Istri Radjaningrat


9. Dale
22. Dalem Aria 21. Daleum Bintang (Aria Kusumahdilaga) 20. Pangeran Mekah (Surya Atmaja) 19. Pangeran Sugih (Suriakusumah Adinata I) 18. Dalem Suryadilaga 17. Dalem Alit (Kusumahdinata X) 16. Dalem Agung (Adipati Kusumahyuda 15. Pangeran Kornel (Kusumahdinata IX) 14. Wedana Regent (Daleum Aria Satjaoati) 13. Dalem Tanubaya (Taschen Bestur) 12. Dalem Panungtung (Adipati Surialaga) 11. Adipati Surianagara 10. Daleum Anom (Kusumahdinata VIII   

Catatan lain Sebagai tambahan ; ada beberapa pendapan terkait penyebaran islam anytara lain ;

 1. Eyang syekh dalem Abdul Manaf Mahmud al Manafi ibnu eyang dalem Nayadirega Cisebel Sukamiskin Bdg,ibnu eyang dalem Nayasari Timanganten Garut ibnu Eyang Dipati Ukur III ibnu eyang Dipati Ukur II (Tsani),ibnu Eyang Dipati Ukur I (awal),ibnu syekh Maulana Abdurahman al Qodri Mataram ibnu Syekh Syarif Hidayatullah Gunung Jati Cirebon 

2. Kian Santang bukan anak Subang Larang, tapi Dewi Ambarsari. Istri yang lain, Dewi Tunjung Biru, berputra Wangsakerta Brahma Kumbara/Prabu Sanggabuana. Istri yang lain lagi, Dewi Madrim berputra Aditya Pramudita, Jaya Ludira, Sucitra, Hanum Sarinten. Keseluruhan istri Prabu Silihwangi ada 147.

3nu ngantunkeum di Bubat mah sanes Maha Prabu Sri Baduga Maharaja alias prabu Siliwangi namung Prabu Maha Raja Lingga Buana nyaeta Ramana Prabu Maha Raja Niskala Wastu kencana atanapi Uyutna Sri Baduga Maharaja, sareng Prabu Lingga Buana mah sanes Siliwangi tapi Prabu Wangi,