Ayatrohaedi, Tien Wartini, Undang
Ahmad Darsa.
Diterbitkan oleh Bagian Proyek
Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi) Direktirat Jendral
Kabudayaan Dep Pendidikan Dan Kebudayaan Bandung Tahun 1987. Naskah ini dibuat
pada tahun 1518 M, memakai aksara Sunda kuno.
Terjemahan Sanghyang Siksakandang Karesian
Ya inilah yang akan diajarkan
oleh sang budiman bagi mereka yang mencari kebahagiaan. Ada (ajaran) yang
bernama sanghiyang siksakandang karesian untuk kewaspadaan semua orang. Inilah
ujar sang budiman memaparkan sanghiyang siksakandang karesian.
Inilah sanghiyang dasa kreta1
untuk pegangan orang banyak. Siapapun yang hendak menegakkan sarana
kesejahteraan agar dapat lama hidup, lama tinggal (di dunia). berhasil dalam
peternakan, berha-sil dalam pertanian,2 selalu unggul dalam perang, sumbernya
terletak pada orang banyak.
Inilah kenyataan yang disebut
sanghiyang dasa kreta. Bayang bayang dasa sila, maya-maya3 sanghiyang dasa
marga, perwujudan dasa indera untuk menyejahterakan dunia kehidupan di dunia
yang luas.4
Ini (jalan) untuk kita
menyejahterakan dunia kehidupan, bersih jalan, subur tanaman, cukup sandang,5
bersih halaman bclakang, bersih halaman rumah. Bila berhasil rumah terisi,
lumbung terisi. kandang ayam terisi, ladang terurus, sadapan terpelihara, lama
hidup. selalu6 sehat. sumbernya terletak pada manusia sedunia. Seluruh
penopang kehidupan; Rumput, pohon-pohonan, rambat. semak, hijau subur
tumbuhnya segala macam buah-buahan, banyak hujan, pepohonan tinggi karena subur
tumbuhnya, memberikan kehidupan kepada orang banyak. Ya itulah (sanghiyang)
sarana kesejahteraan dalam kehidupan namanya.
Ini sanghiyang dasa kreta yang
disebutkan sebagai bayang-bayang sanghiyang dasa sila,7 ya maya-maya sanghiyang
dasa marga. perwujudan dasa indera. Inilah kenyataannya.
Telinga jangan mendengarkan yang
tidak layak didengar karena menjadi pintu bencana, penyebab kita mendapat
celaka di dasar kenistaan neraka; namun kalau telinga terpelihara, kita akan
mendapat keutamaan dalam pendengaran.
Mata jangan sembarang melihat
yang tidak layak dipandang karena menjadi pintu bencana, penyebab kita mendapat
celaka di dasar kenistaan neraka; namun bila mata terpelihara, kita akan
mendapat keutamaan dalam penglihatan.
Kulit jangan digelisahkan karena
panas ataupun dingin sebab menjadi pintu bencana, penyebab kita mendapat celaka
di dasar kenistaan neraka; tetapi kalau kulit terpelihara, kita akan mendapat
keutamaan yang berasal dari kulit.
Lidah jangan salah kecap karena
menjadi pintu bencana, penyebab kita mendapat celaka di dasar kenistaan neraka;
namun bila lidah terpelihara, kita akan mendapat keutamaan yang berasal dari
lidah.
Hidung jangan salah cium karena
menjadi pintu bencana penyebab kita mendapat celaka di dasar kenistaan
II
neraka: namun bila hidung
terpelihara, kita akan mendapat keutamaan yang berasal dari hidung.
Mulut jangan sembarang bicara
karena menjadi pintu bencana di dasar kenistaan neraka; namun bila mulut
terpelihara. kita akan mendapat keutamaan yang berasal dari mulut.
Tangan jangan sembarang ambil
karena menjadi pintu bencana di dasar kenistaan neraka; namun bila tangan
terpelihara. kita akan mendapat keutamaan yang berasal dari tangan.
Kaki jangan sembarang melangkah
karena menjadi pintu bencana, penyebab kita mendapat celaka di dasar kenistaan
neraka; namun bila kaki tcrpelihara. kita akan mendapat keutamaan yang berasal
dari kaki.
Tumbung8 jangan dipakai keter9
karena menjadi pintu bencana di dasar kenistaan neraka; namun bila tumbung
terpelihara, kita akan mendapat keutamaan yang berasal dari tumbung.
Baga-purusa10jangan dipakai
berjinah, karena menjadi pintu bencana, penyabab kita mendapat celaka di dasar
kenistaan neraka; namun bila baga-purusa terpelihara, kita akan memperoleh
keutamaan dari baga dan purusa,
Ya itulah yang disebut dasa
kreta. Kalau sudah terpelihara pintu (nafsu) yang sepuluh, sempurnalah
perbuatan orang banyak. Demikian pula perbuatan sang raja.
Ini yang disebut dasa prebakti.
Anak tunduk kepada bapak; isteri tunduk kepada suami; hamba tunduk kepada majikan11
siswa tunduk kepada guru; petani tunduk kepada wado; wado12 tunduk kepada
mantri, mantri tunduk kepada nu nangganan; nu nangganan tunduk kepada
mangkubumi; mangkubumi tunduk kepada raja; raja tunduk kepada dewata; dewata
tunduk kepada hiyang. Ya itulah yang disebut dasa prebak
III
ti
Ini yang harus dilaksanakan,
amanat sang budiman sejati. Puji dan sembahku kepada Siwa, horrnatku kepada
sanghiyang panca tatagata.13. Panca berarti lima, tata berarti ucap, gata
berarti raga, Ya itulah yang memberikan kebaikan kepada semuanya.
Panca aksara14 adalah guru
manusia. Panca aksara itu kenyataan yang terlihat, terasa dan tersaksikan oleh
indera kita. Guru itu tempat bertanya orang banyak, Karena itu dinamakan guru
manusia. Kebodohan itu baru ada setelah adanya dunia.
Ini kenyataanya. Namanya ya panca
byapara.15 Sanghiyang pretiwi (tanah), air, cahaya, angin dan angkasa. Ujar
sang budiman manusia besar: itu semua milik kita. Yang diibaratkan tanah yaitu
kulit, yang diibaratkan air yaitu darah dan ludah, yang diibaratkan cahaya
yaitu mata, yang diibaratkan angin yaitu tulang, yang diibaratkan angkasa
yaitu kepala. Itulah yang disebut pretiwi dalam tubuh. Ya diibaratkan oleh
penguasa bumi. Ya menjelma menjadi para rama, resi, ratu, disi dan tarahan.
Ini panca putera:16 pretiwi
adalah Sang Mangukuhan, air adalah Sang Katungmaralah, cahaya adalah Sang
Karungkalah, angin adalah Sang Sandanggreba, angkasa adalah Sang
Wretikandayun,17
Ini panca kusika:18 Sang Kusika
di Gunung, Sang Garga di Rumbut, Sang Mesti di Mahameru, Sang Purusa di Madiri.
Sang Patanjala di Panjulan,
Kalau terpahami semua sanghiyang
wuku19 lima di bumi tentu (tampak) menyenangkan (keadaan) semua tempat. Tempat
itu disebut: purwa, daksina, pasima, utara, madya. Purba yaitu timur, tempat
Hiyang Isora, putih warnanya. Daksina yaitu selatan, tempal Hiyang Brahma,
merah warnanya. Pasima yaitu barat, tempat Hiyang Mahadewa, kuning warnanya.
IV
Utara yaitu utara, tempat Hiyang
Wisnu, hitam warnanya. Madya yaitu tengah, tempat Hiyang Siwa, aneka macam warnanya.
Ya sekian itulah wuku lima di bumi.
Ini Wuku lima pada rnaha pendeta.
Rahasia itu terasa dalam bertutur; tapa itu terasa dalam berkelana; duduk itu
terasa dalam keteguhan; kepastian itu terasa dalam kemustahilan; kelepasan itu
terasa dalam memberi tanpa diberi, mengingat (eling) tanpa batas. Sekian wuku
lima pada maha pendeta.
Ini modal kesejahteraan yaitu
mereka sang dewata lima.20 Semua mewakili namanya sendiri; semua melihat
rupanya serdiri. Namun kalau tidak terasa ibarat bengkok bertemu dengan
bengkoknya, lurus bertemu dengan lurusnya. Demikianlah karena perbuatan manusia
maka sejahtera, karena perbuatan manusia maka sentosa.
Ini pekerjaan hulun21 untuk jalan
kita inengabdi. Pekerjaan itu disebut bakal budi, tingkah laku itu namanya
jalan. Hendaknya takut, berhati-hati(?), hormat dan sopan dalam tingkah. dalam
perbu-atan, dalam ulah dan perkataan.
Demikian pula bila berada di
hadapan sang raja. Tetaplah setia dalam pcngabdian, akan pulih dari noda yang
sepuluh,22 pasti terha-pus dosa dan hilang23penderitaan, bersua dengan
kebahagiaan. Bila benar-benar melaksanakan tugas sebagai hulun, yang demikian
itu lebih memadai dari hasrat24 setinggi bukit, bertapa di puncak gunung karena
terlarang bertapa di atas gajah atau moncong singa; mudah mendapat bencana
besar.
Ini perilaku manusia yang akan
berguna bagi orang banyak. Turutlah sanghiyang siksakan-
V
dang karesian. Waspadalah agar
kita terluput dari pancagati25 agar tidak sengsara. Jangan hianat jangan culas,
jangan menghianati diri sendiri. Yang dikatakan menghianati diri sendiri yaitu:
yang ada dikatakan bukan, yang bukan dikatakan benar. Ya begitulah,tekadnya
penuh dengan muslihat. Perbuatan memitnah, menyakiti hati (orang lain), itulah
kenyataannya yang disebut menghianati diri sendiri.
Yang disebut menghianati orang
lain adalah: memetik (milik orang) tanpa izin, mengambil tanpa meminta,
memungut tanpa mem-beri tahu. Demikian pula: merampas. mencuri, merampok,
menodong; segala macam perbuatan hianat. ya menghianati orang lain namanya.
Demikian pula: merangkum
(mengambil barang orang dengan kedua telapak tangan), memasukkan tangan (untuk
mengambil barang orang), mencomot, merebut, merogoh, menggerayangi rumah orang,
Begitu juga terus menerus tinggal di rumah majikan, rumah penguasa atau pada
raja. Hal demikian lebih-lebih jangan dilakukan, jangan diperbuat oleh seorang
hulun. Jangan lupa menggunakan ucap yang hormat, sopan dan mantap, bakti dan
susila kepada sesama manusia, kepada sanak keluarga.
Demikianlah kepada raja kita.
Kaki itu untuk bersila dan tangan untuk menyembah. Hati-hatilah kita berbincang
dengan menak, dengan majikan pemilik tanah. dengan kedua orang tua,26 dengan
wanita larangan:27 Begitu pula dengan raja kita. Bila kepada kita dipercayakan
suatu rahasia, jangan rnunafik pikiran kita, demikian pula salah jawab,
kelihatan roman muka tidak senang oleh raja kita. Jangan, pemali ! Nanti gugur
hasil kita bertapa, hilang jasa nenek moyang, akan lenyap hasil jerih payah
kita, akan tertimpa kesengsaraan, diusir
VI
oleh sang raja.
Kalau tak akan setia kepada raja
kita, bila kemudian kita men-derita sakit, menjadi lemah karena tak bertenaga
atau merasa bingung, lalu terang-terangan mengatakan bahwa hal itu keterlaluan.
Karena itu belajarlah setia kepada raja; tetapi bila kita bertindak, jangan mengeluh,
jangan kecewa, jangan enggan diperintah, jangan iri, jangan dengki kepada kawan
semajikan.
Demikianlah bila melihat orang
yang mendapat pujian, mendapat selir, melihat yang dikasihi oleh raja,
kemudian hendak goyah kesetiaan kita. Jangan, pemali! Akibat buruknya ialah
jadi murung sa kit hati. Tak akan dapat diobati, jampi tak akan mempan, niat
tak akan terlaksana karena tidak dibenarkan oleh sanghiyang siksakandang
karesian.
Demikianlah bila kita menjadi
anggota pasukan28 janganlah sampai mendapat marah. Kalaupun kita mendapat marah
jangan sampai tidak berbakti kepada nu nangganan karena ia tanda29 sang raja.
Bila kita mendapat perintah,
jangan melupakan sanghiyang siksakandang karesian. agar kita tetap setia kepada
tugas. Namun kalau ada yang (diperintah) ke utara, selatan, barat dan timur.
janganlah siwok cante, jangan simur cante, jangan simar cante, jangan darma
cante. Ya itulah yang disebut catur yatna (empat kewaspadaan).
Inilah keterangannya. Yang
disebut siwok cante30 adalah tergoda oleh makan-minum. Yang disebut simur cante
adalah ikut perbuatan orang yang mencuri, merebut dan merangkum. Itulah yang
dinamakan salah langkah,31 yang disebut simar cante adalah mengambil dagangan
mas dan perak berlembar-lembar tanpa di-
VII
suruh yang empunya barang. Ya
salah jualan namanya. Yang disebut darma canten ialah membantu (pihak) yang
dibenci oleh raja kita. Disuruh mengambil (menangkap) atau pergi membunuh orang
yang durhaka oleh raja, berganti jadi memberi hati karena ragu-ragu, karena
terikat rasa kekeluargaan, karena saudara Hal itu jangan dilakukan oleh seorang
hulun. Suka terhadap yang dibenci (oleh raja), benci terhadap yang disukai
(oleh raja). Hal itu tidak layak kita perbuat selaku seorang hulun.
Ini untuk kita menurut kepada
raja, supaya kita lama dijadikan hulun, agar kita lama diaku oleh raja kita.
Ikuti sanghiyang siksakandang karesian! Lihatlah sang penguasa. Kalau raja
marah kitapun harus ikut marah bersama raja. Kalau raja memuji kitapun harus
ikut memuji bersama raja. Kalau tidak ikut memuji atau mencela bersama raja,
itulah tanda mungkir bahwa kita berbakti kepada raja.
Kalau kita (diperintah) pergi ke
hutan. janganlah lupa baju dan selimut. Kalau tidak bersama raja, perhatikan
(peraturan) dalam sik-sakandang karesian. Peraturannya yaitu: jangan memetik
sayur di ladang kecil orang lain, juga di kebun orang lain. Akan sia-sia hasil
kita beramal baik.
Batas kebun di hutan, kayu yang
ditandai tali, pohon buah yang ditandai ranting, kayu bakar yang disandarkan,
cendawan yang ditu-tupi, sarang tiwuan, odeng, lebah,
VIII
engang, ulat kayu, parakan32 atau
apapun yang telah diberi simpul babayan33 jangan diambil. Demikian pula
menurunkan sadapan orang lain jangan sekali-kali dilakukan karena merupakan
sumber dosa dan pangkal kenistaan dan noda.
Kalau kite menemukan jalan, besar
atau kecil, segeralah ber-cangcut dan berpakaian34 sebab mungkin kita
berpapasan (berpandangan) dengan gusti atau mantri. Kita harus berada di
sebelah kiri dan berjongkok. Bila (bersua) pujangga. brahmana, raja pendeta,
mangkubumi, putera raja, kaya atau miskin, demikian pula bila bersua dengan
guruloka, kita hams berada di sebelah kirinya karena dia itu guru sang prabu.
Ingat-ingat dalam siksakandang
karesian dan perhatikan dalam godaan.35 Jangan berjalan mengiringi semua wanita
larangan, semua rara hulanjar36 agara tidak terkena godaan di perjalanan.
Demikian pula memegang tangan(nya), duduk bersama-sama di atas catang, di
balai-balai berdua saja, disebut godaan di tempat duduk. Berdiri di belakang
rumah atau di halaman berdua saja, disebut-godaan di tempat berdiri namanya.
Menyahut orang batuk, mendeham,
membuang dahak, demikian pula menyahut ibu-ibu yang menyanyi, disebut lembu
memasuki gelanggang. Bersandar pada bekas orang suci duduk pada tiang, pada
kayu, pada batu, padahal kita melihatnya dan setelah mereka pergi kita
menggantikannya bersandar di situ, disebut lembu menantang. Itu semua perlu
diingat kalau ingin terluput dari neraka.
Demikian pula sepenginapan,
setempat-tinggal, seberanda, sebalai-balai dengan semua orang suci, semua
wanita larangan, dinamakan kerbau sepemakanan.37 Ya semuanya perlu diingat,
IX
disebut.perbuatan pemali namanya.
Semua itu jangan sekali-kali
ditiru oleh hulun semuanya. Kalau
kita hendak; membawa maka
berbicaralah kepada penguasa. Kalau disetujui, rundingkanlah peri hal sakitnya,
matinya, hilangna, kuburannya semua, bawalah! Tidak akan menjadikan aturan.
Kalau tidak disetujui, jangan! Kalau berkeras hendak membawa dia, bila ia sakit
harus diurus, bila mati atau hilang harus mengganti sendiri menurut kemampuan,
karena itu hati-hatilah!
Ini lagi. Kalau kita kedatangan
oleh semua pangurang38 dasa,39 calagara, upeti, panggeres reuma,40 tunjukkanlah
rasa suka dalam tingkah kita, anggaplah seperti kedatangan sanak-keluarga,
saudara, adik, kakak, anak, sahabat, suan atau keponakan. Demikianlah
ibaratnya. Namun bila ada rasa sayang pada kita, sediakanlah makanan, minuman,
selimut, kain yang kita miliki.
Resapkanlah puja dan berlindung
kepada hiyang dan dewata. Bila kita diperintah bekerja ke ladang, ke sawah, ke
serang41 besar, mengukuhkan tepian sungai, menggali saluran, mengandangkan
ter-nak. memasang ranjau tajam, membendung sebahagian alur sungai untuk
menangkap ikan, menjala, menarik jaring, memasang jaring, menangguk ikan,
merentang jaring; segala pekerjaan untuk kepentingan raja, jangan marah-marah.
jangan munafik, jangan resah dan uring uringan, kerjakanlah dengan senang hati
semuanya.
Resapkanlah tugas kita. Namun
bila kita pulang ke kota, jangan berak di pinggir jalan atau di pinggir rumah
diujung bagian yang tak berumput, agara tidak tercium oleh menak dan gusti.
Timbuni tungku yang berlubang lubang supaya tidak dikutuk dan disalahkan
ibu-bapak dan perguruan, disesali oleh orang-orang tua karena perbuatan kita
yang ceroboh. Namun kalau
X
menurut sanghiyang siksa, berak
harus tujuh langkah dari jalan, kencing harus tiga langkah dari jalan. Pasti
tidak akan dimarahi orang lain karena kita mengetahui perbuatan yang terlarang.
Kalau dikerjakan akan mcndatangkan sedih. yang terlarang itu dapat
mengakibatkan kematian; dan (dalam kota itu) perhatikanlah tempat hukuman (?).
ujung kayu penjepit tangan hukuman, mungkin pemandian keraton, kandang
larangan, rumah larangan. Demikian pula memintas jalan, menghampiri atau
melewati rombongan raja yang sedang bercengkerama, karena semua itu merupakan
perbuatan dosa.
Bila kita masuk ke keraton, maka
baik baiklah melihat, jangan sampai melanggar, mendorong, mengganggu atau
memutus jajaran (orang-orang yang duduk). Bila kita duduk jangan salah
menghadap, baik baiklah bersila. Dan sekiranya kita diajak bicara oleh raja,
pikirkanlah betul-betul bicara kita. Harus layak supaya menyenangkan raja.
Dan perihatikanlah mereka yang
dapat ditiru: mantri, gusti yang terkemuka, bayangkara yang menghadap,
pangalasan. juru lukis, pandai besi. ahli kulit, dalang wayang, pembuat
gamelan, pemain sandiwara, pelawak, peladang. penyadap. penyawah, penyapu. bela
mati, juru moha, barat katiga, prajurit, pemanah, pemarang, petugas dasa dan
penangkap ikan, juru selam dan segala macam pekerjaan. Semua setia kepada tugas
untuk raja, itu semua patut ditiru sebab mereka melakukan tapan dalam negara,
Jika ada di antara kita yang
dimarahi oleh raja, itu semua jangan ditiru perbuatannya, nanti kitapun
mendapat marah pula. Ini perbandingannya;kalau orang pergi ke hu-
XI
tan menginjak duri, lalu kitapun
penginjaknya, terasa sama sakitnya. Bila ada di antara kita yang terpuji:
cekatan, terampil, penuh keutamaan, cermat, teliti. rajin, tekun, setia kepada
tugas dari raja. Yang demikian itu perlu ditiru perbuatan dan kemahirannya.
pasti kitapun akan mendapat pujian pula.
Bila ada orang baik
penampilannya, baik tingkahnya, baik perbuatannya, tirulah seluruhnya karena
yang demikian itu disebut manusia utama. Bila ada orang yang buruk penampilannya,
pandir tingkahnya, tetapi baik perbuatannya. yang demikian itu jangan ditiru
tingkahnya, dan perhatikan penampilannya. Tirulah perbuatannya. Kalau ada orang
yang buruk penampilannya, pandir tingkahnya dan buruk pula perbuatannya, yang
demikian itu noda dunia, menjadi pengganti (tumbal) kita seluruh dunia, namanya
kebusukan (diantara) manusia. Itu semua patut diingat, sengsara dan bahagia,
buruk dan baik, tergantung kepada guru.
Ini tandanya. Ada orang mati
waktu mencuri, mati ketika menggerayangi rumah orang, mati waktu menodong, mati
waktu merangkum, dan segala macam perbuatan hianat, semua itu harus
diperhatikan karena jangan dijadikan contoh. Ya itulah yang disebut guru nista.
Ada lagi. Kalau kita menonton
wayang, mendengarkan juru pantun, Ialu menemukan pelajaran dari kisahnya. itu
disebut guru panggung.
Bila kita menemukan pelajaran
yang baik dari membaca ya disebut guru tangtu. Kalau melihat hasil pekerjaan
besar seperti: ukir-ukiran, hasil pahatan,
XII
papadungan (papasan kayu?),
lukisan, enggan bertanya kepada pembuatnya, terpahami oleh rasa sendiri hasil
mengamati karya orang lain, ya disebut guru wreti.
Mendapat ilmu dari anak. disebut
guru rare. Mendapat pelajaran dari kakek, disebut guru kaki. Mendapat pelajaran
dari kakak, disebut guru kakang. Mendapat palajaran dari toa, disebut guru ua.
Mendapat pelajaran di tempai
bepergian, di kampung di tempat bermalam, di tempat berhenti, di tempat
menumpang, disebut guru hawan. Mendapat pelajaran dari ibu dan bapak, disebut
guru kamulan. Demikian pula kalau berguru kepada maha pendeta, disebut guru
utama, ya disebut guru mulya, guru premana, ya guru kaupadesaan. Itulah yang
disebut catur utama (empat keutamaan).
Karena itu bila telah selesai
menunaikan semua kewajiban dan pekerjaan, periksalah kembali mana yang jelek
mana yang bagus, mana yang buruk mana yang baik. Begiiulah bila aya yang memuji
kita, hendaknya segan dan sadarlah kita, ganti kembalikan kepada yang memuji
supaya kita tidak mementingkan pujian orang lain. Kalau kita senang dipuji,
ibarat galah panjang disambung ranting (belalai) karena merasa senang oleh
pujian,
Lalu menjadi tekebur karena
merasa diri berkecukupan di rumah sendiri dengan makanan, minuman, kesenangan,
kenikmatan dan perabotan, lalu dijadikan andalan. Itu disebut galah panjang.
Itu ibarat padi hampa namanya.
XIII
Begitulah, kalau ada yang mencela
(mengeritik) kepada kita, terimalah kritik orang lain itu. Yang demikian itu
ibarat galah sodok dipotong runcing. Ibarat kita sedang dekil, celaan itu
bagaikan air pemandian; ibarat kita sedang menderita kekeringan kulit, bagaikan
datang orang yang meminyaki; ibarat kita sedang lapar, bagaikan datang yang
memberi nasi; ibarat kita sedang dahaga, bagaikan datang orang yang
mengantarkan minuman; ibarat kita sedang kesal hati, bagaikan datang orang yang
memberi sirih pinang. Itulah yang discbut panca parisuda (lima penawar); ibarat
galah sodok diperpendek.
Bila kita merasa bahagia, ibarat
padi berat isi. pasti sejahteralah orang banyak, karena bertemu dengan sumber
kesenangan dan kenikmatan, (yaitu) tahan celaan dan mengambil (memperhatikan)
nasihat orang lain. Bila sedang sibuk tundalah sementara, (lebih-lebih) bila
sedang tidak ada pekerjaan, untuk menjenguk ibu-bapak. Itulah yang disebut
manusia sejati; yang disebut keutamaan tertinggi: ibarat dewa berwujud manusia
namanya; berperibadi sempurna. benih kebajikan dan pohon kebenaran.
Ini pelengkap perbuatan, agar
tidak gagal dalarn hidup. agar rumah tangga kita penuh berkah, (yaitu) cermat.
teliti, rajin. tekun. cukup sandang, bersemangat, berperibadi pahlawan,
bijaksana, berani berkurban, dermawan, cekatan, terampil. Bila kita membuat
sawah. untuk sekedar tidak sengsara; bila kita membuat kebun, untuk sekedar
tidak mengambil sayur-sayuran di ladang kecil milik orang lain atau ke ladang luas
milik orang lain, sebab tak akan dapat meminta-nya: memelihara ternak tiduk
sekedar tidak membeli atau menukar (barter), (memiliki) perkakas untuk sekedar
tidak meminjam;
XIV
selimut dan pakaian jangan
kekurangan; makan dan minum jangan kekurangan; anak dan isteri nasihati supaya
tidak dikatakan merusak kesusilaan. Perhatikanlah sanghiyang siksakandang
karesian.
Hendaknya kita tidur sekedar
penghilang kantuk, minum tuak sekedar penghilang haus, makan sekedar penghilang
lapar, janganlah ; kita berlebih-lebihan. Ingatlah bila suatu saat kita tidak
memiliki apa-apa. Demikian pula (mengenai) kejujuran anak-isteri. jangan
ber-sikap pembeli hati supaya tidak hanya tampaknya saja berbuat. Bila kita
berhasil mengajarinya dan menuruti nasihat, itulah anak kita, isteri kita.
Bila tidak menuruti nasihat,
mereka itu sama saja dengan orang lain. Namun bila tetap bandel, isteri dan
anak yang demikian, sudahlah jangan kita aku. Pasti kita mendapat beban. pasti
tersesat masuk neraka, musnah hasil amal kita, hilang pahala leluhur.
Ini ajaran sang darma pitutur,
agar hidup kita tidak tanpa tekad memelihara hasrat. Alat hias itu sisir,
bejana berisi air itu jernih, tampak (dasar) tempatnya dan tampak tanpa busa.
Dikatakan: seri itu namanya emas, Adapun emas. bila tidak digosok suram
warnanya, kalau digosok cemerlang indah sebab terpelihara,
Demikianlah tamsil kita manusia
ini. Kalau mentaati sanghyang siksa, sejahteralah perasaan kita ibarat lurus
bertemu dengan lurus-nya. Bila tidak mentaati sanghyang siksa kreta ibarat bengkok
bertemu dengan bengkoknya. Alat hias itu cermin. Adapun cermin, bila tidaK
terlihat, samarlah bayangan kita. Bila terlihat akan jelaslah rupa
XV
kita di dalam cermin itu,
Begitulah manusia ini, dapat
meniru perilaku orang lain. Bila sempurna pasti terikuti oleh perasaan kita.
Kalau tidak akan bisa menuruti nasihat, membelakangi aturan namanya.
Jemangan itu disebut tempat
bercermin. Yang dapat dianggap air bening itu ialah budi kita yang baik. Oleh
sebab itu maka lihatlah agar pikiran kita tetap hidup. Negeri itu disebut kota.
Adapun kota, bila kosong tak ada yang patut ditiru. Demikian pula perkataan,
bila tidak berisi. dusta namanya. Tetapi bila bersih dan pada tempatnya, itu
semuanya patut ditiru, Demikianlah semua perkataan. Bila terisi, maka dikatakan
benar-benar terbukti.
Demikianlah kita manusia ini.
Bila ingin tahu sumber kesenangan dan kenikmatan. ingat-ingatlah kata sang
darma pitutur. Inilah selokannya:
telaga dikisahkan angsa
gajah mcngisahkan hu tan
ikan mengisahkan laut
bunga dikisahkan umbang.
Maksudnya, demikianlah bila kita
akan bertindak, janganlah salah mencari tempat bertanya. Bila ingin tahu
tentang taman yang jernih, telaga berair sejuk tanyalah angsa. Umpamanya ada
orang menekuni pedoman hidup, jernih pikiran, hidup hasratnya, bergelora,
ibarat angsa berada di telaga bening.
Bila ingin tahu isi laut tanyalah
ikan. Ibaratnya orang ingin
tahu tentang budi raja dan budi
mahapendeta.
Bila ingin tahu tentang isi hutan
tanyalah gajah, Ini maksudnya. Yang diibaratkan isi ialah tahu keinginan orang
banyak. Yang diibaratkan gajah ialah tahu tentang kekuatan sang
XVI
raja.
Bila ingin tahu tentang harum dan
manisnya bunga, tanyalah kumbang. Maksudnya yang diibaratkan kumbang itu ialah
orang dapat pergi mengembara. tahu perilaku orang lain. Yang diibaratkan harum
bunga ialah manusia yang sempurna tingkah lakunya, manis tutur katarya selalu
tampak tersenyum penuh kebahagiaan. Maksudnya janganlah salah memilih tempat
bertanya.
Bila ingin tahu semua ceritera
seperti: Damarjati, Sanghyang Bayu, Jayasena, Sedamana, Pu Jayakarma, Ramayana,
Adiparwa. Korawasarma, Bimasorga, Rangga Lawe, Boma, Sumana. Kala Purbaka,
Jarini, Tantri; ya segala macam ceritera tanyalah dalang.
Bila ingin tahu segala macam
lagu, seperti: kawih bwatuha, kawih panjang, kawih lalanguan. kawih panyaraman,
kawih sisi(n)diran, kawih pengpeledan, bongbongkaso, pererane, prord eurih,
kawih babahanan, kawih ba(ng)barongan, kawih tangtung, kawih sasa(m)batan,
kawih igel-gelan: segala macam lagu, tanyalah paraguna (ahli karawitan).
Bila ingin tahu permainan,
seperti: ceta maceuh. ceta nirus, tatapukan, babarongan, babakutrakan,
ubang-ubangan, neurcuy panca, munikeun le(m)bur, ngadu lesung. asup kana
lantar, ngadu nini: segala macam permaman, tanyalah empul.
Bila ingin tahu tentang pantun,
seperti: Langgalarang, Banyakcatra, Siliwangi, Haturwangi; tanyalah juru pantun
Segala macam lukisan, seperti:
pupunjengan, hihinggulan, kekembangan, alas-alasan. urang-urangan, memetahan,
sisirangan, ta-
XVII
ruk hata, kembang tarate: segala
macam lukisan, tanyalah pelukis.
Segala macam hasil tempaan, ada
tiga macam yang berbeda. Senjata sang prabu ialah: pedang, abet (pecut), pamuk,
golok, peso teundeut, keris. Raksasa yang dijadikan dewanya, karena digunakan
untuk membunuh. Senjata orang tani ialah: kujang. baliung. patik, kored, pisau
sadap. Detya yang dijadikan dewanya, karena digunakan untuk mengambil apa yang
dapat dikecap dan diminum. Senjata sang pendeta ialah: kala katri, peso raut,
peso dongdang, pangot, pakisi. Danawa yang dijadikan dewanya, karena digunakan
untuk mengerat segala sesuatu, Itulah ketiga jenis senjata yang berbeda pada
sang prebu, pada petani, pada pendeta. Demikianlah bila kita ingin tahu
semuanya, tanyalah pandai besi.
Segala macam ukiran ialah:
naga-nagaan, barong-barongan. ukiran burung. ukiran kera, ukiran singa; segala
macam ukiran, tanyalah maranggi (ahli ukir).
Segala macam masakan, seperti:
nyupar-nyapir, rara ma(n)di, nyocobek, nyopong koneng, nyanglarkeun,
nyarengseng, nyeuseungit, nyayang ku pedes, beubeuleuman, papanggangan,
kakasian, hahanyangan, rarameusan, diruum diamis-amis; segala macam masakan,
tanyalah hareup catra (juru masak).
Segala macam kain. seperti:
kembang mu(n)cang, gagang senggang, sameleg, seumat sahurun, anyam cayut,
sigeji, pasi, kalangkang ayakan, poleng re(ng)ganis Jaya(n)ti, cecempaan,
paparana-
XVIII
kan, mangin haris, sili ganti,
boeh siang, bebernatan, papakanan, surat awi, parigi nyengsoh. gaganjar, lusian
besar, kampuh jaya(n)ti, hujan riris, boeh alus, ragen panganten; segala macam
kain, tanyalah pangeuyeuk (ahli tekstil).
Bila ingin tahu agama dan
parigama: acara tunduk kepada adigama, adigama tunduk kepada gurugama, gurugama
tunduk kepada tuhagama, tuhagama tunduk kepada satmata, satmata tunduk kepada
surakloka, surakloka tunduk kepada nirawerah. Manusia utama bebas dari dosa,
Bebas dari dosa ciri manusia utama; segala hal mengenai agama dan parigama
tanyalah pratanda.
Bila ingin tahu tentang perilaku
perang, seperti: makarabihwa, katrabihwa, lisangbihwa, singhabihwa,
garudabihwa, cakrabihwa, suci muka, braja panjara, asu maliput, merak simpir,
gagak sangkur, luwak maturut, kidang sumeka, babah buhaya, ngali(ng)ga manik.
lemah mrewasa, adipati, prebut sakti, pake prajurit, tapak sawetrik; tanyalah
panglima perang.
Bila ingin tahu semua mantra,
seperti: jampa-jampa, geugeui(ng). susuratan, sasaranaan, kaseangan,
pawayagahan, puspaan, susudaan, hurip-huripan, tu(n)duk iyem, pararasen,
pasakwan; segala macam ajian tanyalah-brahmana.
Bila ingin tahu tentang puja dan
sanggar, seperti: patah puja daun, gelar palayang, puja kembang, nya(m)pingan
lingga, ngomean sanghyang: segala macam hal mengenai memuja tanyalah janggan
(biarawan)
Bila ingin tahu
tentang-perhitungan waktu, seperti: bu-
XIX
lan gempa, tahun tanpa te(ng)gek,
tanpa sirah, sakala lumaku, sakala ma(n)deg. bumi kape(n)dem, bumi grempa:
segala macam pengetahuan vvarisan leluhur, tanyalah bujangga.
Bila ingin tahu tentang darmasiksa.
siksakandang, pasuktapa, padenaan. maha pawitra, siksa guru, dasa sila, tato
bwana. tato sarira, tato ajnyana; segala macam isi pustaka, lanyalah pendeta,
Demikian pulah tentang
kesempurnaan di seluruh kerajaan, kemulyaan, keutamaan, kewaspadaan, keagungan,
tanyalah raja.
Bila ingin tahu tentang cara-cara
mengukur tanah, seperti : mengatur tempat, membagi-bagikan kepada seluruh
rakyat, memberi tanda batas, meratakan, membersihkan lahan, mengukur,
menyamakan, meluruskan, .mengatur. bila tinggi didatarkan, bila rendah
diratakan; segala macam pengaturan tempat. tanyalah mangkubumi.
Bila ingin tahu tentang semua
pelabuhan, demikian pula: gosong, gorong, kabua, ryak mokprok, ryak maling,
alun agung, tanjung, hujung, nusa, pulo. karang nunggung, tunggara, barat daya:
segala macam tempat di laut, pelayaran, tanyalah puhawang (nakhoda).
Bila ingin tahu segala macam
harga, seperti: tiga juta, tiga ratus-ribu, tiga puluh ribu, tiga ribu, enam
ratus, tiga ratus, tiga puluh, demikian pula kedua belas, ketiga belas,
keempat belas, kelima belas, keenam belas. ketujuh belas, kedelapan belas:
segala macam harga tanyalah citri-
XX
k byapari (orang
terpelajar/pandai).
Bila ingin tahu tentang sandi,
tapa, lungguh, pratyaksa. putus tangkes, kaleupaseun, tata hyang, tata dewata,
rasa carita, kalpa carita: segala macam mengenai penyebutan para dewata
semuanya, tanyalah wiku paraloka.
Bila kita hendak bertindak,
jangan salah mencari tempat bertanya. Bila ingin tahu bahasa negara-negara
lain, sepertj: bahasa Cina, Keling, Parsi, Mesir, Samudra, Banggala, Makasar,
Pahang, Kelantan, Bangka, Buwun, Beten, Tulangbawang, Sela, Pasay, Negara
Dekan, Madinah, Andalas, Tego, Maluku, Badan, Pego, Minangkabau, Mekah,
Buretet, Lawe, Sasak, Sumbawa, Ball, Jenggi, Sabini; Ogan, Kanangen, Momering,
Simpang Tiga, Gumantung, Manumbi, Babu, Nyiri, Sapari, Patukangan, Surabaya,
Lampung, Jambudipa, Seran, Gedah, Solot, Solodong, Indragiri, Tanjung Pura,
Sakampung, Cempa, Baluk, Jawa; segala macam (bahasa) negara-negara lain,
tanyalah juru basa darmamurcaya.
Itu semua patut diketahui
tepatnya dan perlunya. Bila ada yang mengatakan tidak perlu tahu; itulah yang
tidak akan setia kepada keahlian dirinya, mengabaikan ajaran leluhur kita.
Pasti ditunggu oleh neraka bila keahlian tidak dimanfaatkan, bila kewajiban
tidak dipenuhi, untuk mencapai kebajikan dan kesejahteraan karena semua itu
ketentuan dari hyang dan dewata,
Suara panguasa alam waktu
menyempurnakan mayapada. Ujar-nya: Brahma, Wisnu, isora, Mahadewa, Siwa-
XXI
h, baktilah kepada Batara!
Ujarnya: India. Yama, Baruna, Kowara, Besawarma, baktilah kepada Batara!
Ujarnya: Kusika, Garga, Mestri, Purusa, Patanjala, baktilah kepada Batara! Maka
para dewata semua berbakti kepada Batara Seda Niskala42 Semua menemukan
"Yang Hak" dan "Yang Wujud".
Ini yang harus ditemukan dalam
sabda, ketentuan Batara di dunia agar teguh menjadi "Permata di dalam
sangkar", untuk cahaya seluruh dunia, Hamba tunduk kepada majikan, istri
tunduk kepada suami, anak tunduk kepada bapak, siswa tunduk kepada guru, mantri
tunduk kepada nu nangganan, nu nangganan tunduk kepada mangkubumi, mangkubumi
tunduk kepada raja, raja tunduk kepada dewata.
Kita harus memperteguh diri,
menertibkan hasrat, ucap dan budi. Bila hal itu tidak diterapkan dan dilakukan
oleh orang-orang dari golongan rendah, menengah dan tinggi semua akan
dijerumuskan ke dalam neraka Si Tambra Go(h)muka. Karena keunggulan ilmu
manusia terungguli oleh dewata,
Kata sang darma pitutur
mengajarkan ucap para leluhur. Ada lagi perbandingannya. Demikianlah umpamanya
kita pergi ke Jawa, tidak mengikuti bahasa dan adatnya, termangu-mangu perasaan
kita. Setelah kita kembali ke Sunda, tidak dapat berbicara bahasa Jawa, seperti
yang bukan pulang dari rantau. Percuma hasil jerih payahnya sebab tidak bisa
berbicara bahasanya.
Demikianlah kita manusia ini.
Tetap turun dari alam gaib tidak menemukan jalan kedewataan, ingin cepat-cepat
menjelma karena pandir kelakuannya, tidak dapat meniru perbuatan orang yang
mengetahui. Malahan yang ditiru itu orang yang tidak setia, yang tidak layak, cepat
berbuat kejahatan: menyelinap ke rumah perempuan, lalu main serong dengan orang
yang terhitung adik atau kakak. Lalu perempuan merasai pria yang bu-
XXII
kan suaminya, tidak layak
nanianya. Laki-laki merasai wanita yang bukan istrinya, ridak layak namanya.
Boleh dijerumuskan ke dalam neraka si mregawijaya. (sebagai) manusia yang
mengutamakan perbuatan yang salah.
Inilah ungkapan perbuatan manusia
yang salah: burangkak, marende, mariris. wirang. Yang disebut catur buta (empat
hal yang mengerikan). Maksudnya burangkak berarti mengerikan. Yang dianggap
mengerikan yaitu ke'akuan manusia yang ketus, tak mau menyapa se-sama orang.
bicara sambil marah dan membentak, bicara sambil membelalak, bicara kasar
dengan nada menghina, buruk lakuan, ber-hati panas, tidak layak namanya. Ya
itulah yang dianggap mengerikan perbuatan manusia semacam itu. Tak ubahnya
seperti raksasa, durgi. durga, kala, buta, layaknya menempati tanah-tanah yang
kotor.
Yang disebut tanah-tanah yang
kotor ialah: sodong, sarongge, cadas gantung, mungkal pategang, lebak, rancak,
kebakan badak, catang nunggang, catang nonggeng, garunggungan, garenggengan.
lemah sahar, dangdang warian, hunyur, lemah laki, pitunahan celeng, kalomberan,
jaryan, kuburan; golongan tanah terbuang.
Demikianlah kejadiannya bagi yang
berkeras berbuat buruk; karena perbuatan manusia yang bertingkah menakutkan
orang lain kejadiannya tergolong kepada maha gila, karena tidak mengikuti
sanghyang sasanakreta, karena melanggar sanghyang siksakandang karesian. Maka
menjadi maha gila itulah yang dimaksud dengan burangkak.
Marende berarti diduga dingin
nyatanya panas. Dimanjakan, dikasihani, dibujuk, disayangi, diberi kesenangan
dan kenikmatan, diberi hamba kaula; demikianlah direncanakannya. Nyatanya
terkena oleh isi tegal si pantana (sumber kehancuran), yang mengalirkan kurban.
Dari Timur bersenjatakan
XXIII
pedang. Seratus ribu orang
terkena di sana. Dari Selatan gunung Batu. Berbarengan seribu orang nista di
sana. Dari Barat raksasa bermuka api. Tidak terhitung jumlah orang nista di
sana. Dari Utara seperti belalang ditusuki. Berbaieng seratus orang nista di
sana. Dari tengah gagak si penghancur dengan sang senayaksa. Beribu-ribu orang
nista di sana. Ye kenistaan karena marende namanya.
Mariris berarti jijik, lebih
jijik dari tahi, lebih jijik dari bangkai busuK. Demikianlah perbuatan orang
yang panjang tangan, suka mengambil barang orang. Memetik apa-apa tanpa
meminta, mencuri, merampok, mengecoh, merampas; segala macam dusta terhadap
kebenaran,
Bila mati rokhnya sengsara.
Seribu seratus tahun terkena kutuk Batara, jauh pada kemungkinan menjadi
manusia. Kalau menjelma menjadi binatang kotor. seperii: janggel, ulat tahun.
piteuk, titinggi, jambelong, limus sakeureut, mear, pacet, lintah. lohong,
gorong; segala macam yang dianggap jijik oleh orang banyak. Itulah yang disebut
mariris.
Wirang berarti: tidak mau jujur.
tidak mau benar, tidak mau layak. tidak mau terus terang, tidak mau berusaha.
Bila memiliki sifat tercela seperti mengancam, membunuh, ketagihan, tak mau
kapok. Bila mati rokhnya mengalami sengsara di jembatan goyang (lapuk), titian
tua, batu tertutup. Bila menjelma ke dunia menjadi golongan makhluk yang
menakutkan, seperti: badak, harimau, buaya, ular besar; segala macam yang
menakutkan manusia. Itulahyang disebut wirang. Sekianlah tentang catur buta.
Ini mengumpamakan seseorang pergi
ke Cina. Lama tinggal di Cina, paham tentang perilaku orang Cina, tingkah Cina,
ulah Ci-
XXIV
na, keberesan Cina. Dapat
memahami bahasa ketiga golongannya: yang rendah. sendang, tinggi.
Lalu memahami sabda sang prabu,
sang rama. sang resi, bila dapat mengendalikan hasrat, ucap, dan budi. Maka
yang demikian itu mengetahui tentang geuing. upageuing. parigeuing; yaitu yang
disebut trigeuing.
Geuing ialah dapat makan dan
dapat minum dalam kesenangan. Itulah arti geuing. Upageuing berarti dapat
bersandang. dapat berpakai, dapat berganti pakaian (selama yang lain dicuci),
dapat berbusana. Itulah arti upageuing. Parigeuing berarti dapat memerintah.
dapat menyuruh, karena tuturnya manis dan ramah. Sehingga tidak meerasa segan
orang yang disuruh karena terkena oleh hasil menyelami seloka.
Kepada yang masih muda
panggillah: utun (buyut). eten (upik), orok (bayi), anaking (anakku), adi ing
(adikku). kepada yang tua menyebutlah: lanceuk ing (kakakku). suan ing(uaku).
euceu ing(kakak perempuanku), aki ing (kakekku). Menyebut nama berkesan
keterlaluan. Demikianlah (yang disebut) dasa pasanta (sepululi penenang hati),
yaitu bijaksana, ramah, sayang, memikat hati. kasih. iba membujuk, memuji,
membesarkan hati, mengambil bati. Maka senang. gembira, dan cerahlah orang yang
disuruh. Itulah yang disebut pari-geuing.
Inilah selokannya: emas, perak,
pcrmata, intan. yang disebut catur yogya (empat hal yang terpuji. Ini
maksudnya. Emas berarti ucapan yang jujur. tepat, nyata panca aksara. Perak
berarti hati yang tenteram, baik. bahagia. Permata berarti hidup dalam keadaan
cerah. puas, leluasa. Intan berarti mudah tertawa. murah senyum, baik hati.
Itulah yang disebut catur yogya.
Ada orang muncul dari kesuciannya
(seperti): pancak saji (rumah sajen), pabutelan, pemujaan. rumah adat, candi.
XXV
kuil, palinggan,
sanggar hyang (Bali: Sulinggih),
batu perunggu. tempat arca, lalu membuat orang-orangan dan membersihkannya.
Demikianlah seluruh permukaan tanah terurus, air dapat disucikan, diberkati.
Itulah manusia bahagia, manusia sempurna. ya manusia sejahtera.
Yang dianggap muncul dari
kesucian tanah yaitu, ingat kepada sanghyang siksa. berpegang teguh kepada
ajaran ibu. bapak, kakek, dan buyut. mengetahui peraturan bagi maha pendeta,
menukuhkan kata-kata kesentausaan. Menurut cerita zaman dahulu yang menegakkan
sanghyang sasakreta itu ialah: Rahyangta Dewa Raja, Rahyangta Rawunglangit,
Rahyangta di Medang, Rahyangta di Menis. Itulah yang disebut catur kreta.
Oleh karena itu sekarang manusia
ingat kepada sanghyang darmawisesa, mengetahui kerahasiaan manusia. Itulah yang
disebut manusia (yang paham) rahasia. Bila mati sukmanya akan menemukan sorga
kebahagiaan. Mengalamj siang tanpa malam, suka tanpa duKa, kemulyaan tanpa
kenistaan, senang tanpa penderitaan, indah tanpa buruk, gaib tanpa wujud,
menjadi hyang tanpa mendadi dewa kembali. Itulah yang disebut peramalenyep
(kesadaran utama).
Demikianlah manusia sekarang.
Bila kita mandi, air yang kita temukan mengandung dua pilihan yang keruh dan
yang jernih. Demikianlah perbuatan manusia. Dua macam yang dilakukan: yang
buruk dan yang baik. Begitulah manusia, mendapat susah karena perbuatan yang
menyusahkan dirinya sendiri. Begitulah manusia, mendapat kebahagiaan karena
perbuatan yang membahagiakan dirinya sendiri. Ya manusia itu susah karena
ulahnya senang karena ulahnya.
Befitulah air itu maka disebut
ada dua macam pilihannya. Air
XXVI
sejuk dan bening adalah sanghyang
darmawisesa. Itulah yang dilakukan oleh maha pendeta. Air suram dan keruh
ialah pada rasa dan kelakuan yang dilakukan oleh sang wiku, masyarakat. orang
yang berkedudukan semuanya. Ya ibarat centana (kesadaran) dengan acentana
(ketidaksadaran). Yang sadar itu tahu mengingat nasihat dan tak pernah
melupakannya; itulah awal manusia bahagian, pokok dunia yang sejahtera. Yang
tidak sadar ialah yang lupa kepada hyang, bingung, tidak ada tutur yang
diingatnya, ya pokok kehancuran, benih zaman akhir. urnbi keingkaran, benih
kebohongan: penyebab manusia masuk neraka. Janganlah hal itu dikukuhi oleh
mereka yang ingin benar.
Ini ujar sang budiman waktu
menyentosakan pribadinya. Inilah tiga ketentuan di dunia. Kesentosaan kita
ibarat raja, ucap kita ibarat rama, budi kita ibarat resi. Itulah tritangtu di
dunia, yang disebut peneguh dunia.
Ini triwarga dalam kehidupan.
Wisnu ibarat prabu, Brahma ibarat rama, Isora ibarat resi. Karena itulah
tritangtu menjadi peneguh dunia, triwarga menjadi kehidupan di dunia. Ya
disebut tritangtu pada orang banyak namanya.
Kukuhkan, kuatkan, batas-batas
kebenaran, penuh kenyataan sikap baik dalam jiwa. Maka menjadi sentosa dunia.
maka menjadi sejahtera kehidupan ini, karena perbuatan manusia yang serba baik.
Demikianlah, bila pendeta teguh
dalam kependetaannya, akan sejahtera; bila wiku teguh dalam kewikuannya, akan
sejahtera; bila manguyu (ahli gamelan) teguh dalam kemanguyuannya, akan
sejahtera; .bila paliken (senirupawan) teguh pada kepalikenannya, akan
sejahtera; bila tetega (biarawan) teguh dalam ketetegaannya, akan sejahtera;
bila ameng (pelayan biara) teguh dalam keamengannya, akan sejahtera; bila wasi
(catrik, pengikut agama) teguh dalam ke-wasiannya, akan sejahtera; bila ebon
(biarawati) teguh dalam keebonannya, akan sejahtera; Demikian pula bila walka
(pertapa yang me-ngenakan pakaian-kulit kayu) teguh dalam kewalkaan-
XXVII
nya, akan sejahtera; bila petani
teguh dalam kepetaniannya, akan sejahtera; bila euwah(?) teguh dalam
keeuwahannya, akan sejahtera; bila gusti (tuan tanah) teguh dalam kegustiannya
akan sejahtera; bila masang(?) teguh dalam kemasangannya, akan sejahtera: bila
bujangga (ahli falak) teguh dalam kcbujangaannya, akan sejahtera: bila tarahan
(tukang tambangan perahu) teguh dalam ketarahannya, akan sejahtera: bila disi
(ahli siasat/ramal) teguh dalam kedisiannya. akan sejahtera; bila rama teguh
dalam keramaannya, akan sejahtera; bila resi teduh dalam keresiannya, akan
sejahtera; bila prebu teguh dalam keprebuannya. akan sejahtera.
Demikian, bila pendeta dan raja
sungguh-sungguh menyejaht-rakan negara, maka sejahteralah di Utara, Selatan,
Barat dan Timur semua yang tersangga oleh bumi, semua yang ternaungi oleh
langit; hidup sentosalah serba makhluk semuanya.
Serba makhluk semuanya yaitu:
makhluk tumbuhan, makhluk hewan, janma wong, janma siwong, wastu siwong. Ya
sekian itulah yang dikatakan serba makhluk seluruhnya.
Makhluk tumbuhan yaitu: rumput,
pohon, rambat, perdu.
Semua hidup hijau subur, hamparan
rumput; itulah yang disebut makhluk tumbuhan.
Janma wong yaitu: hanya rupanya
saja manusia karena tidak baik tabiaatnya. Janma siwong yaitu: hanya baik
tabiat. dan turunannya saja tetapi belum mengetahui sanghyang darma. Wastu
siwong yaitu: yang teguh pada pengetahuannya, mengetahui sanghyang darma, tahu
hakikat sanghyang ajnyana; itulah yang disebut wastu siwong.
Yang ini, barangkali ingin tahu
tentang jumlah isi dunia. Inilah namanya: kurija, mataja, bagaja, payuja.
Kurija ialah segala yang keluar
dari mulut. Mataja ialah segala yang keluar dari mata (mata tunas); Bagaja
ialah segala yang keluar dari
XXVIII
kemaluan (perempuan), Payuja
ialah segala yang keluar dari tumbung atau cungap. Itulah yang disebut
sanghyang catur mula.
Ini kagunaan manusia di dunia:
ngangka, nyigi, ngiket, nyi-geung, ngaruang, ngarombong. Ngangka berarti
cita-cita. Nyigi berani untaian. Ngiket berarti segala jenis pekerjaan
mengikat. Nyigeung berarti meluruskan, membelah, membaji, membagidua,
meratakan, mengetok, mengikur. menyamakan. Ngaruang berarti segala macam kerja
menggali Ngarombong berarti segala jenis pekerjaan memenggal-menggal (memberi batas).
Itulah yang disebut sadguna (enam ke-gunaan). Sekian kegunaan manusia semuanya.
Ini keinginan manusia: yun suda,
yun suka, yun munggah, yun luput. Maksudnya: yun suda ialah ingin sempurna,
tidak mau terkena oleh serba penyakit; yun suka ialah ingin kaya, tidak mau
ditinggalkan (kehilangan) harta; yun munggah ialah ingin sorga, tidak mau
menemui dunia: yun luput bararti ingin moksa, tidak mau terbawa oleh penghuni
sorga.
Ini untuk yang pergi mandi.
Maksudnya laki-laki dan perempuan harus terpisah. Demikianlah untuk semuanya.
Berapa macam bahan dagangan? Sebenarnya hanya mentah dan masak, bagus dan
jelek, kecil dan besar.
Berapa macam rasanya? Sebenarnya
(hanya)lawana, kaduka, tritka, amba, kasaya, madura. Lawana berarti asin;
kaduka berarti pedas; tritka berarti pahit; amba berarti masam, kasaya berarti
gurih; madura berarti manis. Sekian terasanya oleh orang banyak.
Ini untuk kita memperoleh
kekayaan, yang akan diwariskan kepada keturunan kita semuanya: kepada anak,
XXIX
kepada cucu. kepada umpi, kepada
cicip, kepada muning, kepada anggasantana, kepada pratisantana, kepada putuh
wekas semua; yang pantas dan yang tidak pantas diwariskan di antara hasii usaha
kita.
Yang tidak layak dijadikan pusaka
disebut makanan raksasa. Hasil judi, hasil usaha perhiasan tidak layak
dijadikan pusaka, Yang demikian disebut diberikan kepada langit. Tetapi
pemberian ibu. pemberian bapak, pemberian perguruan, boleh dijadikan pusaka.
Yang demikian disebut dewata pelindung diri.
Hasil pertanian boleh dijadikan
pusaka. Disebutnya permata yang keluar dari bumi. Hasil peliharaan, hasil
ternak, boleh dijadikan pusaka. Disebutnya mirah jatuh dari langit.
Orang kaya yang sanggup menebus
(hamba) perempuan, yang tidak diketahui ibu bapaknya janganlah dia dipekerjakan
agar kita tidak terbawa salah. Ada lagi kita mengetahui ibu bapaknya, dan
(perempuan itu) mencari tempat mengabdi. Bila sifat ibu bapaknya baik terhadap
sesama orang, dan anaknya terbawa sifat orang tuanya. Boleh dipekerjakan.
Tetapi bila ia sifatnya buruk janganlah dicoba-coba dipekerjakan. Disebutnya
manusia sesat di neraka.
Ada lagi orang yang baik
kelakuannya. baik alur turunannya. baik orang tuanya, tebuslah. Tetapi jangan
lantas diperistri mungkin ia hamba turunan. Jangan pula dikawinkan kepada
kerabat kita. Lebih baik pintalah, dan bawakan sirih pinang agar mengabdi
kepada kita.
Demikianlah resepnya agar
keluarganya kembali kepada asal. Untuk pencegah di-
XXX
ri dari penjara, agar pamor
keluarga kita baik untuk pencegah diri mendapat aib.
Ini untuk menjodohkan anak.
Jangan terlalu cepat dijodohkan karena belum tentu tepat tindakan kita. Pada
umumnya, bila terlalu kecil ibunya akan menurun kepada anak perempuan. Bila
terlalu kecil bapaknya. akan menurun kepada anak laki-laki. Bila menurun dari
semuany.a dari suami dan istri disebut keburuk merasuk kejelekan.
Jangan menjodohkan anak kecil.
agar tidak berbuta kesalahan, agar tidak merepotkan yang menjodohkan.
**
Demikianlah pesan sang budiman,
ujar sang darma pitutur me-nguraikan ajaran para leluhur* Yaitu ajaran perilaku
y?.ng menjadi pe-lajaran: Sembah keoada Siwa ! Sembah kepada Buda! Sembah
sepe-nuhnya kepada Jiwa Mana-sempurna !
Semoga pemoaca menjadi; yang
menpikuti ajaran kebajikan, memperhatikan cita-cita kesucian, mengikuti
hukum-hukum pengabdian.
Demikianlah yang dikatakan
siksakandang karesian, semoga menjadi sumber pengetahuan bagi yang
mendengarkari.
Mulai menulis naskah waktu hari
bersinar cerah. Selesai dalam bulan katiga,
Ini (tahun) selesainya pustaka:
nora (0) catur (4) sagara (4) wulanM)= 1440Saka (1518 M)
1 dasa kreta =10 kesejahteraan
yaitu kesejahteraan yang dicapai karena kernampuan men-
jaga 10 sumber nafsu.
2 jadiyan = mudah jadi/tumbuh;
tahun = pohon, tanaman.
3 maya-maya :- bayang-bayang yang
samar.
4 tan parek sebenarnya berarti
tidak dekat, jauh.
5 paka pridana dari paka =
mempunyai dan paridhana = pakaian.
6 sowe sebenarnya berarti lama.
7 dasa sila (lihat catatan no. 3
terjemahan K.-408 !).
8 Tumbung adalah terjemahan kata
payu (Sks.) yang berarti; lubang dubur (Mcd) atau lubang vagina (Er). Secara
umum searti dengan cungap.
9 Keter - liubungan seksua!
sejenis (homo sexual);
10 Baga-purusa (baga - kemaluan
wanita; purusa - kemaluan laki-laki).
11 pacandaan atau pasandaan -
tempat bersandar, majikan,
12 Wado (wadwa) = perajurit vang memimpin
para petani melakukan kerja.-bakti untuk raja yang sedang berlangsung.
13 Tatagata dari Sks.: tatha =
kenyataan yang ada; gata = yang sedang berlangsung;
14 Panca aksara = 5 huruf yaitu:
NA, MQ, SI, WA, YA yang masmg-masing dianggap identik dengan: Isora, Brahma,
Mahadewa, Wisnu dan Siwa.
15 Panca byapara = 5 anasir
pelindung/pembungkus.
16 Panca putera = 5 orang putera
Sang Kandiawan yang dianggap penjelmaan panca kusika.
17 Wretikandayun = pendiri
kerajaan Galuh.
18 Panca kusika = 5 orang resi murid
Siwa dalam mitologi Hindu.
19 Wuku scbenamva berarti: buku,
ruas atau penggalan. .
20 Sang dewata lima = Iswara,
Brahma, Mahadewa. Wisnu dan Siwa.
21 Saka = asal, permulaan, tiang,
semua.
22 Dasa kalesa - 10 noda adalah
dosa yang bersumber kepada ketidak-mampuan memelihara dasa indera.
23 mali (kd: bali) = sembuh,
putih.
24 Usya dari kata Skr.: usha =
hasrat, keinginan.
25 Pancagati = 5 penvakir
serakah, kebodohan, kejahatan, tekebur dan keangkuhan.
26 buhaya di sini berarti ambu +
ayah.
27 Estri larangan = wanlta
(gadis) yang telah bertunangan dan telah menerima panglarang (tanda pinangan)
28 Nangganan = membariskan; nu
runggancn = pemimpin barisan yang kedudukannya setingkat di bawah mangkubumi.
29 Tanda = nu nangganan, pejabat
tinggi negara.
30 Cante mungkin dari Sks.:
Santya = berkobar, terbakar.
31 Dongdonan (kd.: dongdon =
pergi melihat, bergabung).
32 Parakan = bagian sungai tempat
menangkap ikan dengan cara mengeringkannya sebahagian.
33 Babayan = tati bergantung
sebagai ciri pemilikan.
34 Pangadwa = pakaian yang
terdiri atas dua bagian.
35 Halo = berseru (Er); haloan =
seruan, godaaan. Mungkin juga dari haIwan (Jk) = zinah.
36 rara hulanjar = janda belum
beranak, janda perawan.
37 Sapinaha dari Sks.: pinaha =
makanan.
38 pangurung - petugas pajak.
39 lihat glosari I
40 serang = sawah atag ladang
yang padinya digunakan untuk.kepentingan upacara umum, atau sawah ladang
pejabat
41 Batara Seda Niskata adalah
istilah Hyang yang disangsakertakan dan berarti Tuhan Yang Maha Gaib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar